Janji Berupa Rezeki Dan Kecukupan Bagi Yang Bertakwa (Tafsir Ath-Thalaq: 2-3)

Table of Contents
و من يتق الله يجعل له مخرجا Allah akan memberi jalan keluar

Ayat ini merupakan salah satu motivasi bagi kita supaya senantiasa mengusahakan yang terbaik, yakni melalui jalan takwa. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Kitab Tafsir Al-Mishbah sebagai berikut, dengan sedikit penyesuaian.

***

﴿ÙˆَÙ…َÙ† ÛŒَتَّÙ‚ِ ٱللَّÙ‡َ ÛŒَجۡعَÙ„ Ù„َّÙ‡ُÛ¥ Ù…َØ®ۡرَجࣰا﴾ [الطلاق Ù¢]
﴿ÙˆَÛŒَرۡزُÙ‚ۡÙ‡ُ Ù…ِÙ†ۡ Ø­َÛŒۡØ«ُ Ù„َا ÛŒَØ­ۡتَسِبُ﴾ [الطلاق Ù£]

Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang dia tidak duga.”

Petikan ayat di atas sepertinya tidak sesuai dengan pemahaman seseorang yang mengatakan, "Banyak orang bertakwa yang kehidupan materialnya terbatas". Ayat di atas juga tidak menyatakan bahwa yang bertakwa akan menjadi kaya raya. Yang dinyatakan adalah bahwa yang bertakwa akan diberi oleh-Nya jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Perlu kita pahami lebih dalam, bahwa pada hakikatnya rezeki itu tidak hanya dalam bentuk materi. Kepuasan hati adalah kekayaan yang sebenarnya, kekayaan yang tidak pernah habis. Selain itu, ada juga rezeki-Nya yang bersifat pasif.

Si A yang setiap bulannya - katakanlah - menerima lima juta rupiah tetapi dia atau salah seorang keluarganya sakit-sakitan. Itu lebih sedikit dibanding dengan si B yang hanya memperoleh dua juta tetapi sehat dan hatinya tenang.

Kepuasan hati adalah kekayaan yang sebenarnya, kekayaan yang tidak pernah habis

Sekali lagi, kata rezeki tidak selalu bersifat material, tetapi juga bersifat spiritual.

Kalau ayat di atas menjanjikan rezeki dan kecukupan bagi yang bertakwa, maka melalui hadits, Rasulullah saw mengancam siapa yang durhaka dengan kesempitan rezeki.

Beliau bersabda: “Tidak ada yang menampik takdir kecuali doa, tidak ada yang menambah umur kecuali kebajikan yang luas, dan sesungguhnya seseorang dihindarkan dari rezeki akibat dosa yang dilakukannya.” (HR. Ibn Majah, Ibn Hibban, dan al-Hakim melalui Tsauban ra)

***

Hemat penulis, takwa sudah selayaknya dilaksanakan sebagai perjalanan bagi seorang hamba, dengan tujuannya adalah mendapatkan ridha Allah ta’ala. Adapun kelapangan rezeki dan kecukupan adalah bonus fadhal dari-Nya.

Baca juga: Menghayati Makna Libasut-Taqwa (Al-A'raf: 26)

Wa Allah a’lam.
Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment