Kerja Rajin Tapi Dapatnya Sama? Tidak, Saya Yakin Hasilnya Berbeda

Table of Contents

memberi makna membawa makna

Tak jarang saya menemui kalimat seperti ini:

"Eh, kalau kerja nda perlu rajin-rajin amat. Toh, dapatnya sama aja."

Saya merasa kurang sependapat dengan pernyataan itu. Mungkin konteksnya adalah karyawan yang penghasilannya tetap, sehingga usaha lebih pun dianggap tidak membawa perbedaan. Tapi jika itu dilontarkan kepada saya, maka saya akan menjawab, "Tidak, saya yakin hasilnya berbeda."

Nominal Sama, Tapi Nilainya Bisa Berbeda

Saya tertarik membahas ini karena masih ada sebagian dari kita yang berprinsip bahwa orientasi bekerja semata-mata untuk mendapatkan bayaran atau gaji.

Tidak ada yang salah dengan prinsip itu, tapi saya kira rasanya kok hambar. Seolah-olah segala sesuatu yang kita lakukan hanya dinilai dari seberapa besar kompensasi yang diterima. Terlalu transaksional. Terlalu sempit.

Bekerja Sebagai Pengabdian

Menurut saya, bekerja adalah bentuk pengabdian—terhadap banyak hal. Pada amanah yang kita terima, pada ilmu yang telah kita pelajari, juga pada diri sendiri. Terlebih lagi jika semua itu didasarkan atas niat mencari ridho Ilahi.

Ketika kita menjalani pekerjaan dengan setengah hati hanya karena hitungan materi, maka tanpa sadar kita sedang mengecilkan makna hidup kita sendiri.

Bekerja Sepenuh Hati: Hasilnya Lebih dari Sekadar Gaji

Saya percaya, pekerjaan yang dilakukan dengan sepenuh hati akan menghadirkan rasa yang berbeda. Meski secara nominal penghasilan tidak berubah, keberkahan, kepuasan batin, dan perkembangan diri justru bisa jauh melampaui angka-angka itu.

Tak selalu berupa materi, rezeki kadang hadir sebagai relasi yang hangat, reputasi yang terbangun, dan dedikasi yang tetap menyala dari niat-niat tulus.

Maka jika ada yang berkata, "Toh, dapatnya sama saja," saya akan menjawab:

"Ya, mungkin di slip gaji memang sama. Tapi di hati, beda. Dan di langit, bisa jadi jauh lebih berbeda."

*

Akhirnya, ada satu kalimat penutup yang saya pegang erat:

"Bekerja itu memberi makna, membawa warna."

Tabik,

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment