Manusia, Kebaikannya Saja Ada Buruknya, Apalagi Keburukannya

Table of Contents

Kita semua bisa jadi sepakat, bahwa Tuhan memerintahkan kita untuk berbuat baik dan meninggalkan yang buruk.

Adapun kebaikan itu tergantung posisi kita masing-masing.

Sebagai pelajar, kita diperintahkan untuk mencari ilmu.

Sebagai karyawan, wirausahawan, kita disuruh untuk mencari (bekal yang) halal.

Pun sebagai ayah, suami, keluarga, dalam bermasyarakat, kita diminta untuk saling mengenal.

Manusia yang baiknya saja ada buruknya

Namun, Kebaikan pun Punya Sisi Keburukan

Cita-cita kita untuk menjadi pelajar yang rajin dan aktif berorganisasi adalah sebuah kebaikan, tapi di balik itu ada keburukan, di mana seakan-akan teman kita yang lain terlihat lebih malas dan dipandang sebelah mata.

Bekerja lembur dalam rangka mengejar target pekerjaan pun baik, tapi menurut istri, anak, atau keluarga kita hal itu terlihat buruk, karena waktu kita untuk mereka banyak tersita.

Membantu bersedekah kepada para peminta (tuna karya) juga baik, tapi ada pula sisi buruknya karena membiarkan mereka menggantungkan hidupnya pada belas kasihan orang lain.

إلَهِي مَنْ كَانَتْ مَحَاسِنُهُ مَسَاوِيَ فَكَيْفَ لَاتَكُوْنُ مَسَاوِيْهِ مَسَاوِيَ

"Tuhanku, manusia yang dalam kebaikannya saja ada buruknya, apalagi dalam keburukannya?"

Demikian menurut Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam.

Berbuat Baik Perlu Keyakinan

Sekarang kita perlu bertanya pada diri kita masing-masing, sudahkah kita yakin dalam berbuat baik? Apa jangan-jangan kita hanya ikut-ikutan orang lain saja?

Maka sepantasnya kita perlu menata niat saat pertama kali melangkah pada sebuah perbuatan.

Niat yang kita landasi dengan keyakinan bahwa kebaikan yang dimilikinya itu lebih banyak dari pada keburukannya.

Hiraukan saja apa kata orang, asal kita mantap bahwa yang kita lakukan itu sudah sesuai dengan apa yang diperintahkan Tuhan.

Semoga, kita termasuk yang tercatat sebagai hamba-Nya yang ikhlas, bukan transaksional, bukan yang berbuat baik tapi sambil mengharap imbalan.

Tabik,

Terinspirasi dari dawuh KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dalam berbagai kesempatan.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

2 comments

Comment Author Avatar
April 15, 2024 at 10:27 PM Delete
Kadang, ribuan kebaikan dapat diracuni dengan satu keburukan.
Comment Author Avatar
April 16, 2024 at 7:57 AM Delete
Becik ketitik ala ketara