Meneladani Keindahan Sifat Al-Jalil, Yang Maha Luhur (42)
Makna Al-Jalil
Kata Al-Jalil berasal dari kata Aljillah yang pada mulanya berarti unta yang besar. Dari makna ini kemudian kata Al-Jalil dipahami sebagai sifat dari badan yang besar, kedudukan yang tinggi, atau peranan yang penting.
Imam Ghazali menjelaskan bahwa Al-Jalil adalah yang menyandang sifat-sifat Jalal (keagungan dan kesempurnaan). Yaitu, Maha Kaya/Tidak butuh, Maha Suci, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, dan lain-lain. Dengan demikian, dapat dibedakan antara Al-Kabir, Al-Azhim, dan Al-Jalil.
Al-Kabir menunjuk kebesaran zat-Nya, Al-Jalil kebesaran sifat-Nya, dan Al-Azhim merupakan gabungan dari kebesaran zat dan sifat yang dinisbatkan kepada jangkauan mata hati.
Sifat Jalal, lanjut Imam Ghazali, jika dinisbatkan pada mata hati yang mampu menangkapnya, dinamai Jamal (keindahan), dan yang menyandang sifat itu dinamai Jamil (indah).
Meneladani Al-Jalil
Kita yang hendak meneladani sifat Al-Jalil dituntut agar penampilannya selalu indah dan bersih, baik lahir maupun batin. Kita sepantasnya menunjukkan sifat-sifat mulia, serta berbudi pekerti luhur, melahirkan keanggunan dan mengundang kekaguman
Sifat demikian mampu mengundang simpati dan cinta, keseganan dan wibawa.
*
Wa Allah a'lam.
Diringkas dan dikutip dari referensi:
Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hal. 199-202.
Post a Comment