Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengikis Takabur Kita Untuk Meneladani Al-Kabir (38)

asmaul husna kufi

Makna Al-Kabir

Al-Kabir adalah Allah Yang Maha Besar. Sebagian ulama memaknai kebesaran itu dengan keagungan dan kekuasaan. Akan tetapi, menurut Imam Ghazali, kebesaran ialah kesempurnaan zat, atau kesempurnaan wujud-Nya.

Dengan kata lain, kesempurnaan zat Allah berarti kesempurnaan wujud-Nya, yang selanjutnya ditandai oleh dua hal, yaitu keabadian dan sumber perwujudan.

Allah itu kekal abadi, Yang Awal dan tanpa permulaan, serta Yang Akhir dan tanpa akhir. Berbeda dengan kita, makhluk-Nya, yang didahului oleh ketiadaan, dan yang akan diakhiri pula oleh ketiadaan.

Tentang sumber perwujudan, Allah-lah sumbernya. Bahwa setiap yang ada (maujud) pasti ada yang mewujudkannya, yakni Allah swt.

Apabila kita bertanya dari mana segala sesuatu yang besar di alam raya ini, maka yang pasti dialah yang mewujudkannya, Allah Yang Maha Besar.

kaligrafi al-kabir

Meneladani Al-Kabir

Kita apabila mau meneladani sifat Al-Kabir ini, maka hendaknya kita terlebih dulu mengikis rasa takabur dari jiwa kita. Bahwa apapun jabatan kita, berapapun kekayaan kita, semua tak ada apa-apanya di hadapan Allah swt.

Selanjutnya kita perlu menyadari bahwa Allah dengan kebesaran-Nya telah melimpahkan segala macam anugerah-Nya kepada kita, serta makhluk-makhluk lainnya.

Oleh sebab itu, kita pun harus berusaha untuk melakukan apa saja yang merupakan hal besar di hadapan Allah, yang diridhoi Allah, baik melalui ucapan, sikap, maupun perbuatan.

Wa Allah a'lam.

Diringkas dan dikutip dari referensi:

Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hal. 184-187.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Bermedia dalam Jeda

Post a Comment for "Mengikis Takabur Kita Untuk Meneladani Al-Kabir (38)"