Tiga Kategori Ilmu Menurut Sahl At-Tustari

Table of Contents
Sahl at-Tustari

"Tidak semua ilmu harus disampaikan."

Kira-kira begitulah satu kalimat inti yang penulis peroleh dari Ngaji Ihya' Ulumiddin bersama Guru penulis, KH. Anshori Ali (mbah Anshori), di Kedungleper, Bangsri, Jepara, pada Jumat, 19 November 2021 di musholla kediaman beliau.

Ada Tiga Kategori Ilmu Yang Dimiliki Seorang 'Alim

Dikutip dari Imam Sahl At-Tustari, bahwa ilmu yang dianugerahkan kepada seseorang, dapat dibedakan menjadi tiga macam.

للعالم ثلاثة علوم، علم ظاهر يبذله لأهل الظاهر

Yang pertama, ilmu dzohir (ilmu yang tampak). Ilmu ini pada umumnya mudah dipahami oleh orang banyak, yang ketika disampaikan, minim terjadi sangkalan dan kontroversi.

Ilmu umum, yakni ilmu yang dalam memperolehnya, tidak diperlukan syarat-syarat khusus. "Koyo sumur sing butuh timbo", atau seperti air dari PDAM yang bisa diperoleh secara luas oleh masyarakat banyak. Kira-kira seperti itu analogi dari mbah Anshori.

وعلم باطن لا يسعه إظهاره إلا لأهله

Yang kedua, ilmu bathin (ilmu yang tak tampak). Ilmu ini hanya disampaikan kepada orang yang memang sudah sampai kelasnya (sesuai kapasitasnya), yang rawan terjadi sangkalan dan kontroversi apabila diterima oleh sembarang orang.

Ilmu khusus, yakni ilmu yang hanya dapat diperoleh orang-orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula. "Koyo timbo sing butuh sumur", atau seperti air dari pegunungan/goa yang masih murni dan spesial, yang hanya dikonsumsi oleh orang-orang tertentu yang mampu mencapainya.

وعلم هو بينه وبين الله تعالى لا يظهره لأحد

Dan yang ketiga, ilmu huwa bainahu wa bainallah (ilmu yang hanya terkait antara dia dan Allah). Ilmu yang dimiliki seorang 'alim ini, tidak sepantasnya disampaikan kepada siapapun.

Ilmu khususul khusus, yakni ilmu yang hanya Allah dan ahli ilmu itulah yang boleh mengetahui. Ilmu ini seperti yang dimiliki oleh ahli ma'rifat, atau para wali/nabi yang dekat dengan Allah swt.

*

Hemat penulis, setiap dari kita pasti memiliki banyak ilmu dari sekian pengalaman dan pembelajaran hari ini dan kemarin. Akan tetapi, tak semua ilmu dapat kita sampaikan, kepada setiap orang yang akan kita ajari.

Maka kita perlu bijak dan pandai dalam menyampaikan ilmu-ilmu yang kita miliki.

"Ibaratnya, ilmu yang dipelajari guru-guru kita sebanyak satu gudang penuh. Tapi mungkin yang disampaikan kepada kita hanyalah sebagiannya saja. Barangkali menyesuaikan kapasitas kita, atau kondisi lingkungan dan keadaan yang ada di sekitar kita."

Demikian kurang lebih mbah Anshori.

Referensi:
Ngaji Ihya' Ulumiddin bersama KH. Anshori Ali,
Rais Syuriah MWC NU Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara
Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment