As-Sami', Allah Yang Maha Mendengar (27)

Table of Contents
Khot kufi as-sami'

Makna As-Sami'

As-Sami’ terambil dari kata sami’a yang berarti mendengar. Ini dapat berarti menangkap suara/bunyi, dapat juga berarti mengindahkan dan mengabulkan.

As-Sami’ adalah Yang Maha Mendengar dalam kedua makna tersebut. Allah Maha Mendengar, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang dapat terdengar walaupun sangat halus, yang tidak tertangkap oleh-Nya atau luput dari jangkauan-Nya.

Al-Ghazali tentang As-Sami'

“Dia mendengar jejak semut hitam yang berjalan di atas batu yang halus di malam yang gelap,” demikian tulis Al-Ghazali. Bahkan Allah mendengar itu di tengah sorak sorai kebisingan yang memecahkan anak telinga seluruh makhluk.

Dia mendengar pujian yang memuji-Nya, maka diberinya ganjaran, doa yang berdoa, sehingga diperkenankan-Nya doanya. Dia mendengar tanpa telinga seperti para makhluk. Dia melakukan sesuatu tanpa anggota badan atau berbicara tanpa lidah,” kurang lebih jelas tulis Al-Ghazali.

As-Sami'

Berakhlak dengan As-Sami'

Pendengaran yang kita miliki pastinya berbeda dengan pendengaran Allah. Bukan saja karena tidak semua dapat kita dengar, tetapi juga karena untuk mendengar, kita memerlukan alat, dan alat itu pun sangat terbatas kemampuannya.

Namun demikian, kita tetap dapat memperoleh anugerah-Nya sehingga dikaruniai sekelumit dari pendengaran Ilahi. Salah satunya yakni apabila kita mampu meneladani Allah, bukan saja harus pandai dan tekun mendengar, tetapi juga harus memilih apa yang wajar kita dengar untuk kita camkan dan kita perkekenankan.

Menarik dikemukakan juga, bahwa sifat Maha Mendengar dan Maha Melihat disebutkan dalam Al-Asma’ Al-Husna, tetapi bahwa Allah bersifat Mutakallim (Maha Berfirman) tidak termasuk di dalam Al-Asma’ Al-Husna, walaupun diyakini bahwa Allah bersifat demikian.

Ini agaknya untuk mengisyaratkan bahwa pendengaran dan penglihatan hendaknya lebih kita gunakan daripada lidah kita untuk menyampaikan pembicaraan.

Memang salah satu yang paling tidak disenangi Allah adalah alqil wal qal wa katsratus su’al (pembicaraan yang tidak ada ujung pangkalnya serta pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermanfaat).

Wa Allah a’lam.

Diringkas dan dikutip dari referensi:
Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hlm. 136-139.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment