Al-Qabidh Yang Maha Menyempitkan, Al-Basith Yang Maha Melapangkan (21 & 22)

Table of Contents
Asmaul husna

Al-Qabidh terambil dari akar kata yang makna dasarnya yaitu sesuatu yang diambil dan keterhimpunan pada sesuatu. Dari sini lahir makna-makna seperti menahan, menggenggam, menghalangi, kikir, dan menyempitkan.

Sedangkan Al-Basith terambil dari akar yang makna dasarnya adalah keterhamparan. Kemudian dari makna ini lahir makna-makna lain seperti memperluas dan melapangkan.

Makna Al-Qabidh dan Al-Basith

Azzajaj seorang pakar bahasa berpendapat bahwa tidak etis menyebut Al-Qabith tanpa menyebut Al-Basith. Karena kesempurnaan kekuasaan-Nya baru tercermin dengan menyebut keduanya secara bersamaan.

Kata qabadha dalam bentuk kata kerja ditemukan ketika Allah menguraikan tentang kekuasaan-Nya memanjangkan dan memendekkan bayang-bayang, serta keadaan bumi yang berada dalam genggaman tangan-Nya.

Allah bersifat Qabidh juga dapat dipahami dalam arti Dia mencabut dan menahan ruh saat kematian dan saat kita tidur, sebagaimana Dia juga menahan rezeki, sesuai hukum-hukum yang ditetapkan-Nya secara bijaksana.

Adapun kata Bastih juga memiliki arti gembira. Seorang yang gundah dadanya seperti merasa sempit, sedang yang gembira terhindar dari keresahan. Allah sebagai Al-Basith, melapangkan dada hamba-hamba-Nya sehingga selalu hidup dalam optimisme dan kegembiraan.

Al-Qabith

Berakhlak dengan Al-Qabidh dan Al-Basith

Kita selaku hamba-Nya, dapat memperoleh sekelumit dari kedua sifat Ilahi ini, apabila kita dapat meraih antara lain hikmah kebijaksanaan serta kemampuan memaparkannya sesuai kondisi dan situasi yang kita hadapi.

Sekali kita melapangkan hati orang lain dan menggembirakannya supaya ingat akan limpahan nikmat Ilahi dan janj-janji kemurahan-Nya, maka lain kali kita juga mempersempit hati mereka saat kita menguraikan aneka ancaman, siksa, dan pembalasan-Nya.

Apabila kita mampu meneladani Allah dalam kedua sifat ini, maka kita akan dapat memperhatikan bahwa setiap uluran tangan atau pengekangannya adalah dengan mempertimbangkan hikmah dan kebijaksanaan.

Memberi dan menahan, memperluas dan mempersempit, semuanya harus diperhitungkan manfaat dan maslahatnya, untuk yang diberi dan untuk kita sendiri.

Al-Basith

Imam Ghazali tentang Al-Qabith dan Al-Basith

Menurut Hujjatul Islam, Allah dengan kedua sifat ini adalah yang menggenggam nyawa makhluk saat kematian dan menghamparkannya saat kebangkitan. Dia juga yang menggenggam sedekah dari orang kaya dan menghamparkan rezeki orang miskin.

Dia yang memperluas rezeki si kaya, sehingga (terasa) tidak ada lagi baginya kebutuhan, serta menahannya dari si miskin, sehingga (bagaikan) habis sudah di sisinya kemampuan.

Dia juga lah yang menyempitkan dada sehingga hati terasa sesak, dan melapangkannya sehingga segala keresahan sirna.

Wa Allah a’lam.

Diringkas dan dikutip dari referensi:
Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hlm. 121—125.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment