Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Popularitas Itu Kurang Terpuji, Kecuali Yang Populer Karena Menyiarkan Agama Ilahi

 اعْلَمْ أَنَّ أَصْلَ الْجَاهِ هُوَ انْتِشَارُ الصِّيتِ وَالِاشْتِهَارِ وَهُوَ مَذْمُومٌ

Saebuah kutipan (quote) yang didawuhkan oleh Hujjatul Islam dalam kitab Ihya’-nya, sedikit banyak memberikan pencerahan bagi kita, penulis khususnya, terkait pandangan Islam terhadap jabatan dan kepopuleran.

Entah itu terkait jabatan di tingkat pemerintahan, anggota dewan, kemasyarakatan, hingga urusan bisnis dan panggung hiburan. Semua jabatan apapun (yang bergengsi) yang kita sandang, hampir pasti semuanya mensyaratkan kepopuleran di antara banyak kalangan.

Perasaan menjadi terkenal, dikenal oleh banyak orang, seakan-akan munjukke awak dewe ring awang-awang (menaikkan diri sendiri ke angkasa), yang mungkin saja bisa membuat diri merasa tinggi hati, lebih memiliki derajat (duniawi) yang lebih tinggi dari orang-orang di sekitar diri ini.

Popularitas, Pangkal Jabatan yang Tercela

Kurang lebih demikianlah yang didawuhkan oleh Hujjatul Islam:

اعْلَمْ أَنَّ أَصْلَ الْجَاهِ هُوَ انْتِشَارُ الصِّيتِ وَالِاشْتِهَارِ وَهُوَ مَذْمُومٌ

“Ketahuilah, pangkal jabatan adalah menebar ketenaran dan popularitas, dan itu tercela.”

Sebab sejatinya bukanlah popularitas yang menjadi tujuan (ujung) pencapaian kita ketika berada pada posisi (status) jabatan tertentu. Akan tetapi, seberapa besar dampak maslahat dan manfaat dari fungsi jabatan kita-lah yang sepantasnya menjadi sesuatu yang kita tuju.

Ketahuilah, pangkal jabatan adalah menebar ketenaran dan popularitas, dan itu tercela

Kecuali yang Dipopulerkan oleh Allah dalam Menyiarkan Agama

Hingga pada tingkatan tertentu, kita seyogyanya bisa menghayati peran dari jabatan kita, semata-mata dalam rangka menebar manfaat dan keindahan agama yang kita jaga. Yang demikian ini oleh Al-Imam Al-Ghazali, merupakan satu perbuatan yang terpuji, yang seakan-akan kita tidak butuh sama sekali akan kepopuleran yang ada pada diri sendiri.

بَلِ الْمَحْمُودُ الخُمُولُ إِلَّا مَنْ شَهَرَهُ اللهُ تَعَالَى لِنَشْرِ دِينِهِ مِنْ غَيْرِ تَكَلُّفِ طَلَبِ الشُّهْرَةِ مِنْهُ

“Yang terpuji adalah ketidakpopuleran, kecuali orang yang dijadikan populer oleh Allah dalam rangka menyebarkan agama-Nya, tanpa adanya upaya mendulang popularitas dari aktivitas itu.”

*

Semoga kita semua selalu diberi kecerahan lahir batin supaya tidak terlena dengan jabatan yang kita pegang, dan diberi keistiqomahan menjadi insan yang bermanfaat dan berlaku maslahat sesuatu peran dan jabatan yang (sementara) kita sandang.

Wa Allah a’lam.

Dawuh Imam Ghazali dinukil dari kitab Ithaf al-Sadah al-Muttaqin syarah Ihya’ Ulumiddin juz 8 hlm 232, karya Abul Faidh Muhammad Al-Husaini / Murtadha Az-Zabidi via Waqfeya

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Bermedia dalam Jeda

Post a Comment for "Popularitas Itu Kurang Terpuji, Kecuali Yang Populer Karena Menyiarkan Agama Ilahi"