Yang Bermujahadah, Yang Diberi Hidayah Berupa Jalan Wushul dan Ma'rifat

Table of Contents

Walladzina jahadu fina lanahdiyannakum subulana

“Dan orang-orang yang berjuang (mujahadah) pada Kami, pasti Kami berikan petunjuk (hidayah) mereka jalan-jalan Kami.”

Ayat ini dapat dimaknai juga, bahwa orang-orang yang berjuang (mujahadah) di jalan keridhoan Allah, maka Allah pasti memberi petunjuk (hidayah) mereka pada tempat yang Allah ridhoi. Demikian terang Ibnu Atho’ dalam Tafsir Ruh Al-Ma’ani.

Makna Mujahadah Kepada Allah

Al-Alusi menjelaskan, bahwa mujahadah merupakan iftiqar (kebutuhan) kita pada Allah swt seraya memutus (ketergantungan kita) dari segala sesuatu selain Allah swt.

والمجاهدة كما قال: الافتقار إلى الله تعالى بالانقطاع عن كل ما سواه

Mujahadah atau rasa butuh kita kepada Allah tersebut sepantasnya diwujudkan dengan penuh perjuangan yang sungguh-sungguh. Sehingga menurut pemaknaan Habib Quraish Shihab, kita disebut berjihad atau bermujahadah manakala kita mampu mengarahkan kemampuan kita, serta secara bersungguh-sungguh memikul segala bentuk kesulitan.

Hidayah: Jalan Ma’rifat dan Wushul kepada Allah

Bentuk jihad/mujahadah yang berupa kesungguhan ini apabila dihadapkan untuk melawan hawa nafsu, dengan niatan murni karena Allah dan mengharap ridho-Nya, maka Allah pasti menunjukkan kita jalan-jalan ma’rifat (mengenali) dan wushul (sampai) kepada Allah swt.

وقال بعضهم: أي الذين جاهدوا نفوسهم لأجلنا وطلبا لنا لنهدينهم سبل المعرفة بنا والوصول إلينا

Lebih lanjut, apabila kita sudah mencapai maqam ma'rifat (mampu mengenali Allah), maka kita akan dapat mengenali segala sesuatu. Dan jika saja kita telah wushul (sampai pada Allah), maka segalanya akan menjadi mudah/ringan bagi kita.

ومن عرف الله تعالى عرف كل شيء ومن وصل إليه هان عنده كل شيء

Bermujahadah Karena Allah dengan Melawan Hawa Nafsu

Hemat penulis, pokok dari usaha dan kesungguhan kita untuk selalu merasa butuh dan menggapai ridho Allah swt adalah dengan memutus ketergantungan kita pada hawa nafsu.

Seperti yang masyhur kita dengar,

وجهاد النفس هو الجهاد الأكبر

Mujahadah, atau jihad kesungguhan kita dalam berjalan wushul kepada Allah adalah dengan mengesampingkan hawa nafsu kita sendiri. Karena melawan hawa nafsu adalah bentuk jihad yang paling besar.

Mengesampingkannya, alias tidak membiarkan hawa nafsu menguasai kita, sehingga menjadi terbukalah jalan-jalan keridhoan Allah swt di hadapan kita.

Wushul dan ma’rifat adalah puncak dari dibukanya jalan yang merupakan hidayah dari-Nya. Yang terpenting bagi kita adalah bagaimana langkah kita menuju ke sana, dengan bersungguh-sungguh dan berjuang di jalan yang semoga senantiasa diridhoi oleh-Nya.

Wa Allah a’lam.

*

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

“Dan orang-orang yang berjuang (mujahadah) pada Kami, pasti Kami berikan petunjuk (hidayah) mereka jalan-jalan Kami.”
(QS. Al-Ankabut: 69)

*

Referensi bacaan:
Tafsir Ruh Al-Ma’ani karya Sayyid Mahmud Al-Alusi juz 21 hlm 16, surah Al-Ankabut ayat 69 via Google Books dan Tafsir Al-Mishbah karya Habib Quraish Shihab.

Terinspirasi dari dawuh bapak sekaligus guru kami, KH. Jalal Suyuthi, “Mujahadah adalah kunci mendapatkan hidayah (petunjuk).”

والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا، قال ابن عطاء: أي الذين جاهدوا في رضانا لنهدينهم إلى محل الرضا، والمجاهدة كما قال: الافتقار إلى الله تعالى بالانقطاع عن كل ما سواه، وقال بعضهم: أي الذين جاهدوا نفوسهم لأجلنا وطلبا لنا لنهدينهم سبل المعرفة بنا والوصول إلينا، ومن عرف الله تعالى عرف كل شيء ومن وصل إليه هان عنده كل شيء، كان عبد الله بن المبارك يقول: من اعتاصت عليه مسئلة فليسأل أهل الثغور عنها لقوله تعالى: والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا، وجهاد النفس هو الجهاد الأكبر

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment