Cukuplah Nikmat Islam, Sibuk Taat, dan Nasihat Kematian
Cukuplah Islam sebagai Pemberian untukku
Betapa ada dua nikmat (pemberian) terbesar yang seringkali terlupa. Yakni yang pertama, nikmat diwujudkannya kita oleh-Nya di dunia, dari tidak ada menjadi ada. Kemudian nikmat dikehendaki-Nya kita keluar dari gelapnya kekafiran, menuju pada gemerlapnya Islam.
فإن أعظم نعم الله للعبد إخراجه له من العدم إلى الوجود وإخراجه من ظلمات الكفر إلى نور الإسلام
Demikian syaikh Nawawi Al-Bantani dalam men-syarahi dawuh Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah dalam salah satu karyanya, Nashaihul 'Ibad.
Cukuplah Taat sebagai Kesibukanku
Ketika kita mampu menyadari bahwa betapa beruntungnya kita dihadiahi kehidupan dan Islam, maka sepantasnya kita juga sadar, bahwa tak ada kesibukan lain yang lebih bisa kita banggakan daripada patuh pada-Nya dimana pun dan kapan pun kita berada.
فطاعة الله تعالى أعظم الأشغال
Karena patuh (taat) pada Allah swt adalah kesibukan terbesar bagi kita, selaku hamba-Nya, menyingkirkan kesibukan menuruti nafsu syahwat kita, yang seringkali mengajak kita untuk pergi menjauh dari-Nya.
Dan Cukuplah Mati sebagai Pelajaran bagiku
Bahwa banyaknya godaan dalam hidup adalah sebuah keniscayaan, sehingga kita dituntut untuk selalu bisa belajar untuk mengendalikan diri dalam setiap kondisi.
Pelajaran tentang makna syukur dan kesabaran, takut dan harapan, kesulitan dan kemudahan, hingga pelajaran tentang hakikat hidup dan kematian.
فإن الموت أكبر المواعظ للناس
Karena sesungguhnya pelajaran (nasihat) terbesar bagi kita manusia, adalah kematian. Sehingga apa saja yang saat ini kita lakukan dalam kehidupan, apabila kita ingat akan kematian, sebisa mungkin amal shaleh dan ketaatan akan lebih mudah kita lakukan.
Wa Allah a’lam.
*
إِنَّ مِنْ نَعِيمِ الدُّنْياَ يَكْفِيْكَ اْلإِسْلاَمُ نِعْمَةً
وَإِنَّ مِنَ الشُّغْلِ يَكْفِيْكَ الطَّاعَةُ شُغْلاً
وَإِنَّ مِنَ الْعِبْرَةِ يَكْفِيْكَ الْمَوْتُ عِبْرَةً
Dari sekian banyak nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmat bagimu.
Dari sekian banyak kesibukan, cukuplah ketaatan sebagai kesibukan bagimu.
Dan dari sekian banyak pelajaran, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu.
(Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)
*
Referensi:
Makalah ke-5 Bab III Nashaihul ‘Ibad, karya Syaikh Nawawi Al-Bantan via Google Books
Terinspirasi dari dawuh Gus Baha’ dalam Gayeng.co
Post a Comment