Kebanggaan Hamba: Merasa Fakir (Butuh) Pada Tuhannya
“Wahai manusia, kalian semua adalah fakir (yang selalu butuh) pada Allah swt” (Fathir: 15)
Kita, Manusia yang Faqir
Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya mengatakan, bahwa melalui ayat ini, Allah menjelaskan bahwa kita semua sebagai manusia adalah orang-orang yang selalu membutuhkan pada-Nya, di setiap gerak maupun diam kita.
هُمْ مُحْتَاجُونَ إِلَيْهِ فِي جَمِيعِ الْحَرَكَاتِ وَالسَّكَنَاتِ
Dimulai dari keberadaan kita yang semula tidak ada, kemudian ada, dengan segala kekurangan kita, kita diberikan-Nya secara cuma-cuma dunia ini seisinya, berikut orang tua, keluarga, agama, dan rejeki yang (sebenarnya tanpa kita minta-pun) sudah sangat tersedia.
Mengingatkan Diri dengan Membiasakan Dzikir
Meskipun
secara dzahir kita banyak dianugerahi kenikmatan duniawi, tak
sepantasnya hal-hal duniawi tersebut, layaknya harta, jabatan, dan
kedudukan kita di dunia, menjadikan kita lupa akan hakikat jati diri
kita, yakni sebagai si fakir (yang selalu butuh) kepada-Nya.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir kelupaan dan keterlenaan kita, selayaknya kita mampu membiasakan bacaan satu kalimah hauqalah,
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
“Tiada daya (dalam menghindari maksiat) dan upaya (dalam melaksanakan taat) kecuali dengan kekuatan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”
Bahwa
setiap kali kita bisa menghindari (terhindar dari) keburukan,
semata-mata itu berkat bantuan Allah swt. Termasuk segala kebaikan yang
mampu kita lakukan, tak lain dan tak bukan hanyalah sebab kekuatan Allah
swt.
Fakir pada Allah swt: Kebanggaan Kita Selaku Hamba
Ada satu dawuh guru, bahwa puncak kedekatan hamba pada Tuhannya adalah ketika merasa dirinya bukanlah siapa-siapa, tidak bisa apa-apa. Ketiadaan daya dan upaya seorang hamba akan menimbulkan rasa butuh (faqir) pada Yang Maha Tidak Butuh. Keadaan (kedekatan) inilah yang kemudian harus dibanggakan.
Maka petikan syiir yang masyhur kita dengar dilantunkan para habaib dan pecinta shalawat di atas adalah sangat tepat, untuk bisa kita jadikan prinsip hidup dan pegangan erat.
Bahwa yang sepantasnya kita banggakan (selaku hamba Tuhan), adalah saat kita merasa butuh pada-Nya di setiap waktu dan keadaan, akan segala kekuatan dan bantuan, yang hanya pada-Nya hak kepemilikan.
*
أَنَا عَبْدٌ صَارَ فَخْرِي ضِمْنَ فَقْرِي وَاضْطِرَارِي
"Aku adalah hamba, yang menjadikanku bangga adalah keadaanku yang selalu butuh (pada-Nya)"
*
Wa Allah a’lam.
Referensi:
Tafsir Ibnu Katsir surah Fathir ayat 15 dan Nadzam Syiir Qad Kafani karya Al-Habib Muhammad Alawi Al-Haddad.
Terinspirasi dari dawuh Gus Baha’ dalam Gayeng.co
Post a Comment