Kebaikan Tidak Akan Ada Gunanya Jika Dihitung-Hitung
Seseorang mengadu kepada Ibnu Syubrumah seraya berkata, “(Padahal) aku telah berbuat demikian kepada si fulan, aku memberinya sekian, aku melayaninya seperti ini.”
Maka Ibnu Syubrumah menasehatinya, “Kebaikan itu tidak ada gunanya jika dihitung-hitung.”
*
قَالَ رَجُلٌ لِابْنِ شُبْرُمَةَ: فَعَلْتُ بِفُلَانٍ كَذَا وَفَعَلْتُ بِهِ كَذَا (وَأَعْطَيْتُ فُلَانًا كَذَا، وَخَدَمْتُ فُلَانًا بِكَذَا) فَقَالَ: لَا خَيْرَ فِيْ الْمَعْرُوْفِ إِذَا أُحْصِيَ
Dinukil dari Kitab Uyun al-Akhbar juz III hlm 177 karya Ibnu Qutaibah.
Sebuah nasehat bagi kita, bahwa kebaikan apapun yang telah kita lakukan, sepantasnya tidak perlu kita sebut-sebut kembali di hadapan orang lain.
Karena pada hakikatnya, seluruh amal kebaikan yang kita lakukan semestinya hanyalah ditujukan semata-mata lillahi ta'ala, yakni karena mencari ridha Allah swt.
Allah memerintahkan apa, maka itulah selayaknya yang kita kerjakan.
Allah melarang apa, maka itulah sepantasnya yang kita tinggalkan.
Sehingga amal perbuatan apapun, apabila telah terlaksana, maka seyogyanya hanya syukur alhamdulillah yang perlu kita sampaikan pada-Nya.
Karena berkat Allah swt, kita digerakkan untuk dapat berbuat sesuai yang dikehendaki-Nya.
Dan hanya Dia-lah sebaik-baik tujuan amal kebaikan yang kita lakukan.
Wa Allah a'lam.
*
Referensi Kitab Uyun al-Akhbar via pdf google drive
Post a Comment