Cerminan Iman, Senang dan Bahagia Tatkala Pagi Hari Menjelang

Table of Contents

Bersedih di pagi hari bukanlah kebiasaan baik yang semestinya kita alami.

Bahkan oleh Nabi saw, kita dituntut untuk menghindarinya tatkala pagi hari menjelang.

 روي عن النبي ص.م. قال مَنْ أَصْبَحَ لِأُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِيْنًا فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخِطًا عَلَى اللهِ

“Barang siapa di pagi harinya bersedih karena urusan dunia, maka sungguh di pagi itu dia tengah tidak terima dengan ketetapan Allah swt”.

Demikian kurang lebih dikutip dari maqalah pertama bab III kitab Nashaihul ‘Ibad.

Bersedih: Tidak Ridha Pada Ketentuan Allah

Syekh Nawawi Al-Bantani dalam syarahnya menjelaskan, bahwa kesedihan yang dimaksud adalah bersedih lantaran perkara dunia, seperti karena kekurangan/kehilangan harta benda, raga, dan perkara lain yang bersifat duniawi.

Kesedihan semacam ini terjadi karena adanya perasaan tidak rela (tidak terima) atas ketetapan Allah swt yang telah terjadi.

والمعنى من حزن على أمور الدنيا فقد غضب على الله لأنه لم يرض بقضاء الله ولم يصبر على بلائه ولم يؤمن بقدره

Sikap tidak rela atas kepastian, tidak sabar atas permasalahan, dan tidak beriman atas ketentuan yang telah Allah putuskan bisa jadi merupakan cerminan akan ketidaksukaan seseorang pada ketetapan Allah yang sejatinya penuh kebijaksanaan.

Karena Segala Yang Terjadi: Kehendak Ilahi Robbi

Kesedihan, adalah hal lumrah yang menjadi kelemahan kita, sebagai manusia. Akan tetapi sebagi hamba, kita sepantasnya tak lelah untuk belajar dan selalu ingat, bahwa apapun yang terjadi (baik/buruknya menurut kita) pada hakikatnya adalah kehendak dan takdir Allah swt.

لأن كل ما وقع في الدنيا فهو بقضاء الله تعالى وقدره

“Karena segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah lantaran qadha’ dan qadar Ilahi”, yang pastinya adalah kehendak yang paling baik, keputusan yang paling adil, dan ketentuan yang paling bijaksana.

Hanya saja, kita yang belum sampai pada tingkatan husnudzzon yang tinggi semacam itu, perlu membiasakan dan mengasah diri setiap waktu.

*

Alhasil, menjadi pribadi yang berperasaan senang dan bahagia ketika pagi hari tiba, adalah salah satu cerminan keimanan kita sebagai hamba.

Percaya dan menerima atas segala ketentuan (terbaik) dari-Nya. Sehingga meskipun (dalam bayangan kita) berat, susah, dan rumit, namun apabila dimulai dari senang dan bahagia di pagi hari, insyaallah tersulutlah ghirah kita, memompa semangat kita (dalam meraih kebaikan) sepanjang hari, untuk keberkahan di 'esok' hari.

Wa Allah a’lam.

Referensi:
Maqalah I bab III Nashaihul ‘Ibad karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi Al-Bantani,
Syarh Al-Munabbihat ‘ala al-Isti’dad liyaumil ma’ad karya Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajr Al-Asqalani

Terinspirasi dari ceramah gus Baha': Jangan Awali Pagimu Dengan Murung!


Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment