Beruntungnya Kita Mudah Memperoleh Kesenangan Dari Hal Yang Mubah

Table of Contents

 Gus Baha quote

Demikian kurang lebih satu nasihat (quote) dari KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim, bahwa betapa sesungguhnya kita banyak diberikan kemudahan-kemudahan oleh Allah swt dalam hidup di dunia ini.

Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah

Dawuh di atas kurang lebih mengingatkan kita, bahwa dalam beribadah kepada Allah, adakalanya kita melaksanakan ibadah yang murni memang merupakan ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

Namun di luar itu, ada banyak hal yang tak terhingga, yang secara dhohir, ia seperti hanya kegiatan-kegiatan biasa yang sesuai naluri dan watak manusia, seperti makan, minum, tidur, bersosialisasi, dan saling menolong satu dengan yang lain.

Beberapa contoh tersebut adakalanya berlaku ibadah (ghairu mahdhah) asal kita niatkan sebagai perantara kebaikan, atau media untuk melakukan ibadah murni yang sebelumnya telah disebutkan.

Senang dan Bahagia Juga Ibadah

Naluri manusia dalam hidup sejatinya sangat condong untuk bisa meraih suatu kesenangan dan kebahagiaan. Ia tak melulu terkait materi, akan tetapi lebih terkait dengan kepuasan hati.

Senang dan berpuas hati akan betapa besar nikmat dan anugerah yang telah Allah swt beri, tanpa kita minta, pun tanpa Dia tuntut untuk kita ganti.

Maka dari itu, merasa senang dan bahagia atas segala karunia-Nya (yang terkadang berupa suka maupun duka) bagi kita, adalah satu ibadah yang insyaallah diridhoi oleh-Nya.

Senang, bahagia, dan ridha pada ketetapan-Nya, semoga bisa kita latih dan kita biasakan hari ini, esok, lusa, dan hari-hari seterusnya.

Betapa beruntungnya kita, Allah memberi kita pilihan kesenangan dari sekian banyak hal yang mubah. Kaya apa susahnya andai untuk memperoleh kesenangan saja kita harus melakukan hal yang dilarang.

Senang Lantaran Perkara Yang Mubah

Masyhur dikatakan bahwa segala perkara/perbuatan di dunia ini pada dasarnya boleh kita lakukan, sampai kemudian ada dalil agama yang melarang.

Yang artinya, banyak sekali perkara yang boleh kita kerjakan, untuk meraih kesenangan, bahkan yang bernilai ibadah, daripada perkara lain yang dilarang, yang semestinya bukan menyenangkan (atau menyenangkan tetapi hanya sesaat).

Alhasil, kita sebagai hamba yang dikaruniai juga oleh-Nya naluri 'menyukai kesenangan', semoga senantiasa ditunjukkan jalan untuk meraihnya, lebih-lebih yang bernilai ibadah, dari segala bentuk perkara yang asalnya mubah. Amin.

Alhamdulillah, alfu alfi alhamdulillah.

Tabik,

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment