Nyantri, Selawase...

Table of Contents
Nyantri selawase

Nyantri ...

Nyantri, bukan santri. Jika santri adalah kata benda yang sifatnya agak statis, maka nyantri lebih menunjukkan kata kerja, yang cenderung dinamis.

Apabila kita nyantri, berarti kita memberlakukan diri bertindak dan berperilaku seperti halnya seorang santri.

Yakni seorang yang digambarkan patuh nderekke dawuh kiai, tekun istiqomah menjadikan dirinya seorang abdi, giat ngrambah ilmu melalui mendengar, menulis, melafalkan, mendiskusikan, sekaligus mempraktikkannya sehari-hari.

Dengan nyantri, maka kita senantiasa mengedepankan bertanya kepada beliau-beliau yang ahli (di bidangnya) saat kita tidak tahu, meng-upgrade diri dengan ilmu-ilmu yang sholih lagi ashlah, dan memberi dedikasi dan kemanfaatan semampu kita, di manapun kita berada.

Selawase ...

Selawase, alias selamanya. Karena nyantri tak hanya saat masih di pesantrian, tetapi lebih lama bisa diperpanjang lagi sampai kapan pun kita mau menisbatkan diri demikian.

Tak memandang saat ini kita sedang berprofesi apa, dahulu pernah tinggal di pesantrian atau tidak, pernah ngaji dengan kiai atau belum, atau berapa banyak kitab kuning yang telah kita khatamkan.

Karena pada dasarnya nyantri, tidak melihat latar belakang atau status pekerjaan, tetapi lebih memperlihatkan bagaimana kita berucap dan bersikap dalam tindak-tanduk dan perbuatan.

Nyantri, Selawase ...

Satu ungkapan yang belakangan penulis gandrungi, yang sepertinya bermula usai menyimak dialog mbak Najwa Shihab bersama Abinya beserta Gus Baha' di kanal youtube yang sedang hangat hari-hari ini.

Yakni tersebut sebuah kutipan dawuh dari Kanjeng Nabi,

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إلَي الْجَنَّةِ - الحديث أوكما قال

Yang kurang lebih mengingatkan kita, bahwa salah satu keutamaan orang yang sedang berproses menuntut ilmu adalah, baginya dimudahkan sebuah jalan menuju pada surga-Nya.

Bukan berarti kita nyantri, menuntut ilmu, lantas berfokus mengharapkan surga. Namun lebih dari itu, bahwa ketika berproses menuntut ilmu, kita perlu menanamkan keyakinan bahwa saat itulah (semoga) kita senantiasa berada dalam naungan ridha dan rahmat-Nya.

Sehingga dengan men-status-kan (meniatkan) diri menjadi untuk selawase nyantri, tholibul ilmi minal mahdi ilal lahdi, atau pembelajar sepanjang hajat, semoga kita diakui-Nya termasuk golongan man salaka thoriqon yaltamisu fihi 'ilman.

Andaikan tidak sampai mencapai derajat 'alim, mari kita yakini, dengan selawase nyantri, yakni nderekke kiai, semoga kita termasuk yang memperoleh fadilah syafaat kanjeng Nabi. Syafaat yang diperuntukkan bagi para ummatnya yang bakal dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintai.

Aamiiin.

Tabik,
Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment