Allah Al-Malik, Yang Merajai Segala Sesuatu Selain-Nya (4)

Table of Contents
Asmaul Husna Al-Malik

Al-Malik, Yang Maha Raja/Yang Maha Berkuasa

Setelah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, sifat Allah yang menyusul keduanya adalah Al-Malik, yang secara umum diartikan raja atau penguasa. Penempatan susunannya seperti ini sejalan dengan penempatannya dalam sekian banyak ayat Al-Qur’an, seperti Al-Fatihah dan Al-Hasyr.

Berikut kutipan ringkas penjelasan Prof. Dr. M. Quraish Shihab tentang nama Allah, Al-Malik.

***

Siapa saja yang memiliki sifat rahmat, belum tentu dia memiliki kekuasaan. Maka sifat Al-Malik ini ditonjolkan dengan makna kekuasaan, kerajaan, serta kepemilikan.

Makna Al-Malik

Menurut Imam Ghazali, Malik adalah Yang tidak membutuhkan segala sesuatu yang wujud, justru Dia-lah yang dibutuhkan oleh segala sesuatu, menyangkut segala hal.

Bahkan wujud segala sesuatu bersumber dari-Nya, atau dari sesuatu yang bersumber dari-Nya. Maka segala sesuatu selain-Nya menjadi milik-Nya, dalam arti zat dan sifatnya membutuhkan-Nya. Demikian itulah Raja yang mutlak.

Berakhlak dengan Al-Malik

Kita sebagai manusia sekaligus hamba-Nya tidak dapat menjadi raja yang mutlak, karena kita tidak dapat lepas dari ketergantungan dan kebutuhan kepada-Nya.

Namun demikian, dengan memahami makna nama Allah Al-Malik, Raja Yang Mutlak dan Berkuasa atas segala sesuatu, menjadikan kita sadar bahwa apa saja yang terlihat kita kuasai (kita miliki) pada hakikatnya bukan milik kita, tetapi hanyalah anugerah Allah swt, yang diamanahkan bagi kita sementara saja.

Kufi Asmaul Husna

Imam Ghazali tentang Al-Malik

Oleh Imam Ghazali, raja/penguasa yang hakiki (bukan yang mutlak) dari jenis kita, manusia, adalah yang tidak memiliki apapun kecuali Allah, dan tidak membutuhkan apapun kecuali Allah. Dalam saat yang sama, kita menguasai kerajaan kita berkat bala tentara dan rakyat yang kita miliki tunduk kepada kita.

Kerajaan kita adalah hati dan wadah hati kita; bala tentaranya adalah syahwat, amarah, dan nafsu kita; rakyat kita adalah lidah, mata, tangan, dan seluruh anggota badan kita.

Bila semua itu dapat kita kuasai, bukan kita yang dikuasai oleh mereka; Jika semua itu menaati kita, bukan kita yang taat pada mereka, maka saat itulah kita telah mencapai tingkat kerajaan di alam dalam diri kita.

***

Demikian buah dari upaya meneladani Allah swt, Al-Malik, Yang Maha Raja, merajai segala sesuatu selain-Nya.

Wa Allah a’lam.

Diringkas dan dikutip dari referensi:
Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hlm. 27—34.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment