Allah Al-Quddus, Maha Suci Dari Segala Sifat Yang Terlintas Dalam Benak Manusia (5)

Table of Contents
Makna Al-Quddus

Berikut penulis mengutip pemaknaan Al-Quddus oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab secara ringkas, dari bukunya Menyingkap Tabir Ilahi.

***

Dalam QS. Al-Hasyr ayat 23, kata “Quddus” yang mengandung makna kesucian disebut menyusul kata “Malik”, untuk menunjukkan kesempurnaan kerajaan-Nya sekaligus menampik adanya kesalahan, pengrusakan, atau kekejaman dari-Nya.

Makna Al-Quddus

Imam Ghazali menjelaskan makna nama Allah ini, bahwa Dia yang Quddus itu Maha Suci dari segala sifat yang dapat dijangkau oleh indra, dikhayalkan oleh imajinasi, diduga oleh waham, atau yang terlintas dalam nurani dan pikiran.

Karena pada hakikatnya, Allah itu Maha Suci dari sifat-sifat kesempurnaan yang kita duga, sebagaimana Dia juga Maha Suci dari sifat-sifat kekurangan yang kita nafikan.

Dia Maha Suci dari sifat yang terlintas dalam benak dan khayalan kita, selaku manusia, atau yang serupa dengan apa yang terlintas dalam benak kita.

Berakhlak dengan Al-Quddus menurut Imam Ghazali

Jika kita memahami tentang makna kekudusan di atas, maka menurut Hujjatul Islam, kekudusan kita sebagai hamba adalah dengan mensucikan kehendak dan pengetahuan kita.

Pengetahuan yang ada kita sucikan sehingga pandangan kita berkisar pada persoalan-persoalan keabadian, yakni pengetahuan ilahiyyah yang bersifat kekal, bukan persoalan duniawiyah yang sifatnya dapat berubah-ubah.

Kehendak yang ada kita sucikan dari kisaran hal-hal yang bersifat kelezatan syahwat, amarah, kenikmatan makan, kawin, pakaian, sentuhan dan pandangan, serta semua kelezatan yang tidak dapat diraih kecuali melalui indra dan kalbu.

Bahkan hendaknya kita tidak menghendaki kecuali Allah, dan tidak memiliki sesuatu kecuali Allah, tidak memiliki kecuali kerinduan dan kegembiraan mendekat kepada-Nya.

Al-Quddus

Prof. Dr. M. Quraish Shihab tentang Al-Quddus

Boleh jadi, yang demikian terlalu sulit untuk kita raih. Untuk itulah, Prof. Dr. M. Quraish Shihab mengingatkan kita bahwa kekudusan adalah gabungan dari tiga hal; benar, baik, dan indah.

Sehingga buah dari sifat Quddus saat kita teladani, akan dpaat mengantar kita menjadi ilmuan, budiman, dan seniman. Karena mencari yang benar menciptakan ilmu, berbuat yang baik membuahkan etika, dan mengekspresikan yang indah melahirkan seni.

Meneladani sifat Al-Quddus bahkan menuntut kita untuk menghadirkan Allah, pada ilmu yang kita pikirkan, pada setiap budi daya yang kita lakukan, serta melalui seni yang kita ekspresikan.

Yang demikian agaknya tidak sesulit seperti apa yang Al-Ghazali kemukakan.

Wa Allah a’lam.

Diringkas dan dikutip dari referensi:
Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hlm. 35—41.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment