Menetapkan Syarat (Perantara), Cara Memudahkan Diri Meraih Perintah Allah swt
Table of Contents
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata 'syarat' dapat bermakna 'segala sesuatu yang diperlukan untuk menyampaikan suatu maksud'.
Salah satunya adalah maksud (tujuan) hidup sebagai hamba, yakni mengabdi pada-Nya dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya.
Terkadang untuk sampai pada satu perintah, kita perlu menetapkan syarat, atau media-perantara supaya lebih mudah sampai padanya.
Syarat, Sebagai Media-Alat Perantara
Penulis teringat dawuh Gus Baha', yang dalam satu kesempatan beliau bercerita, bahwa kebiasaan beliau bangun pagi adalah dengan bantuan ngopi. Memanaskan air, menyeduh kopi, lalu menyeruputnya sendiri.Dengannya beliau bisa bangun untuk ngurip-urip sepertiga malam sebagai kesunnahan dari Allah sebagaimana masyhur yang tersampaikan dalam sebuah kalam. Fatahajjad bihi nafilatan laka.
Bapak Kiai penulis dahulu -mungkin juga sampai sekarang- punya semacam dawuh (perintah) yang bisa dibilang unik. Beliau menjadwal santri-santri baru datang ke ndalem tiap malamnya untuk diminta mijeti beliau.
Pada akhirnya, begitu pun bercerita bahwa itu semata-semata beliau lakukan sebagai cara 'bapak' untuk bisa lebih dekat dengan 'anak-anaknya'.
Adat di lingkungan penulis pun demikian. Anggota keluarga ada yang membawakan jajan dan buah tangan ketika berkunjung atau sekedar mengirimkannya pada orang tua, guru-kiai, sanak kerabat, hingga teman dan para sahabat.
Apapun bawaannya. Namun pada hakikatnya, itu semua sebagai syarat, media atau perantara supaya menjadi dekat dan silaturrahim tetap terjaga.
Apapun bawaannya. Namun pada hakikatnya, itu semua sebagai syarat, media atau perantara supaya menjadi dekat dan silaturrahim tetap terjaga.
Alhasil, bangun pagi pun nikmat dengan seduhan kopi, anak ditimbali bapaknya terasa lebih mudah dengan mijeti, dan silaturrahim lebih memiliki makna dengan sesuatu yang diberi.
Syarat (Media) Punya Pahala Seperti Halnya Tujuannya
الْوَسَائِلُ لَهَا أَحْكَامُ الْمَقَاصِدِ
Boleh jadi minum kopi awalnya mubah bisa berpahala sunnah. Begitu juga berkirim buah tangan tau mijeti orang tua yang sayah, semuanya dapat menjadi nilai tambah untuk kita sekaligus sebagai fadilah.
Syarat Sebagai Cara Meraih Melaksanakan Perintah
مَا لَا يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلَّا بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
مَا لَا يَتِمُّ السُّنَّةُ إِلَّا بِهِ فَهُوَ سُنَّةٌ
Sesuatu yang hanya dengannya ibadah wajib bisa menjadi sempurna, maka ia pun dihukumi wajib.
Demikian halnya, sesuatu yang hanya dengannya ibadah sunnah bisa menjadi sempurna (terlaksana), maka ia pun memiliki derajat sunnah.
Dengan begini, melaksanakan perintah (yang wajib maupun yang sunnah) bisa kita jembatani dengan menetapkan syarat atau media untuk menghubungkannya.
Bangun pagi memang berat, tapi dengan minum kopi bisa menjadikannya nikmat.
Berkunjung silaturrahim tanpa ada hajat kiranya terasa berat, tetapi dengan membawakan atau mengirimkan oleh-oleh bisa lebih terasa bermanfaat.
Tinggal bagaimana kita mau memfokuskan diri melaksanakan perintah (tujuan), lalu melatihnya dengan menetapkan syarat (media-jembatan).
Tinggal bagaimana kita mau memfokuskan diri melaksanakan perintah (tujuan), lalu melatihnya dengan menetapkan syarat (media-jembatan).
Perlu dilatih dan dibiasakan, supaya kelak saatnya kita bisa benar-benar ikhlas dalam menjalankan.
Tabik
Post a Comment