Telaah Kesunnahan Puasa Rajab dalam Kitab Maraqi al-'Ubudiyyah
Table of Contents
Dibaca normal tidak sampai 3
menit
Di lingkungan penulis,
mungkin juga di lingkungan teman-teman pembaca sekalian, bulan Rajab dikenal
memiliki keutamaan puasa sunnah.
Dalam Bidayah al-Hidayah, Imam
Ghazali menjelaskan:
والأيام الفاضلة التي توجد في كل سنة
التي شهدت الأخبار بشرفها وفضلها بجزالة الثواب في صيامها يوم عرفة لغير الحاج
ويوم عاشوراء والعشر الأول من ذي الحجة والعشر الأول من المحرم ورجب وشعبان.
Oleh
Hujjatul Islam, kurang lebihnya dikatakan bahwa ada hari-hari yang memiliki
kemuliaan dan keutamaan, seperti halnya pahala yang melimpah bagi kita yang mau
berpuasa di hari itu. Di antaranya – yang ditemukan dalam beberapa riwayat
hadits – adalah puasa di bulan Rajab.
Lebih lanjut, oleh Imam
Nawawi al-Bantani dijelaskan bahwa apabila kita mau berpuasa di bulan Rajab,
hendaknya tidak sampai penuh satu bulan.
وكره بعض الصحابة أن يصام رجب كله حتى لا يضاهي
بشهر رمضان
Dalam keterangan Syarahnya (Maraqi
al-‘Ubudiyyah) tersebut, sebagian sahabat menghukumi makruh apabila puasa Rajab
dilakukan selama satu bulan penuh, karena hal ini dianggap dapat menyerupai
puasa bulan Ramadhan.
Fadhilah Rajab Sebagai Salah
Satu al-Asyhur al-Hurum
Selain karena adanya
keutamaan di atas, puasa Rajab juga disunnahkan bagi kita karena ia termasuk
salah satu dari bulan mulia.
وصوم الأشهر الحرم من الفضائل وهي ذو القعدة وذو الحجة
والمحرم ورجب
Di antaranya adalah bulan
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Namun dalam urutannya,
bulan-bulan yang memiliki fadhilah berpuasa setelah bulan Ramadhan secara
berturut-turut adalah Muharram, Rajab, Dzulhijjah, Dzulqa’dah, lalu bulan Sya’ban.
وأفضلها للصوم بعد رمضان المحرم، ثم رجب ثم
الحجة ثم القعدة ثم شعبان
Wa Allah a’lam.
***
Referensi:
Kitab Maraqi al-‘Ubudiyyah oleh
Muhammad Nawawi Ibn Umar al-Bantani al-Jawi, syarh Bidayah al-Hidayah oleh Imam
al-Ghazali.
Post a Comment