Umat Pilihan Nabi, Yang Tertawa Bahagia Lantaran Luasnya Rahmat Ilahi

Table of Contents
Dibaca normal 3 menit

"Hidup itu harus ceria", begitulah kurang lebih kutipan dawuh KH. Baha'uddin Nursalim (Gus Baha') dalam berbagai kesempatan.

Ceria atau bahagia, yang umumnya terekspresikan melalui canda dan tawa, adalah salah satu manhaj (jalan) hidup dalam rangka bersyukur atas segala anugerah pemberian Allah.

Bahagia, Ceria, Ada Sanadnya

Seperti kutipan hadits Nabi saw dalam kitab Ihya' Ulumiddin,

tertawa karena rahmat Allah

Bahwa ada kesempatan bagi kita semua, seperti yang tersebut dalam hadits, menjadi umat pilihan Nabi yang suka tertawa, ceria, suka guyon, lantaran betapa luasnya rahmat Allah swt.

Salah satu caranya, dalam menghadapi segala bentuk kejadian dalam hidup, selayaknya kita sikapi dengan penuh ridha, ceria, dan rela menerima.

Saat menemui kebaikan dan keberuntungan, sepantasnya kita berbahagia dengan bersyukur. Sebaliknya, ketika mendapati keburukan dan ketidaknyamanan, selayaknya kita tetap ceria (rela) dengan bersabar.

Meyakini bahwa rahmat Allah sangat luas, dan kehidupan dunia hanyalah sarana bekal untuk kehidupan akhirat. Maka bersikap rela dan ceria sepantasnya perlu dilatih dan dibiasakan.

Guyon-pun Ada Sanadnya

Banyak para kiai, ulama, dan para cendekiawan Islam yang masyhur suka guyon, salah satunya adalah allahu yarham mbah Maemoen Zubaer.

Para ulama' seperti mbah Moen, menurut Gus Baha', memilih guyon sebagai jalan supaya tetap berada di jalur taat, seraya terhindar dari bentuk maksiat.

Misalnya, ketika mendengar satu kabar keburukan seseorang, apabila kita tidak memiliki selera guyon, maka umumnya kita cenderung menyebut-nyebut (men-justis) orang tersebut dengan perilaku buruknya.

"Wah, jadi orang kok suka ngapusi, doyan korupsi," misalnya, adalah ucapan yang bersifat menggunjing dan tidak dibenarkan dalam Islam.

Alangkah lebih baik jika memiliki selera (seni) guyon, kita dapat membelokkan pembicaraan dengan diksi yang lain,

"Wah ncen nek penggaweane ngadepi duit akeh, cobaane gedhe ya," misalnya, tetap membalas obrolan tetapi tak sampai menyebut keburukan seseorang.

Dan ya, untuk ceria, bahagia, guyon, semuanya butuh seni, dilatih dan dibiasakan sejak dini.

Maka mari kita biasakan diri, suka ceria, bahagia, guyon bersama dengan kawan di sekitar kita, supaya dapat tergolong menjadi umat pilihan Nabi, yakni dengan menyadari bahwa semua ini adalah berkah rahmat Allah swt, yang luas dan tak tertandingi.

Wa Allah a'lam.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment