Pemimpin Kaum Adalah Pelayannya; Fadhilah dari Yang Berjiwa Khidmah

Table of Contents
Dalam kitab Syajarat al-Ma'arif, Syaikh 'Izzuddin Ibn 'Abdissalam menulis sebuah fasal tentang Istikhdam (Permintaan Khidmah/pelayanan) kepada anak atau teman/sahabat.

Secara umum, khidmah sering kita kenal maknanya sebagai pengabdian, atau pelayanan dari seorang khadim (pelayan) kepada orang/sekelompok orang yang berhak diberi pelayanan.

Melayani, Memperoleh Fadhilah yang Tinggi

Oleh Sulthonul Ulama', dijelaskan bahwa seseorang yang berkhidmah memiliki fadhilah (derajat keutamaan) yang lebih baik daripada orang yang dikhidmahi.

Hal ini dikarenakan, dalam berkhidmah, seorang khadim membutuhkan jiwa pengorbanan untuk memberikan kemanfaatan. Seperti dikatakan bahwa:

Kitab Syajaratul maarif

Pemimpin, Pelayan Ummat

Ada sebuah cerita masyhur, ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz ditemui oleh anaknya yang hendak membahas masalah keluarga. Oleh Khalifah Umar, lampu ruangan dimatikan, karena beliau menganggap bahwa fasilitas itu hanya diperuntukkan bagi masalah ummat, terkait statusnya sebagai pemimpin.

Lebih lanjut, menjadi seorang pemimpin sama artinya menjadi pelayan ummat, yakni memenuhi keperluan ummat dan membawanya ke arah yang lebih baik dan bermanfaat.

Syaikh Izzuddin menilai bahwa mengangkat seorang pemimpin/meminta khidmah atau pelayanan (istikhdam) adalah bagian dari ihsan (kebaikan). Sebuah kebaikan yang selayaknya, bukan khadim/pemimpin yang meminta, tetapi ummat-lah yang sebenarnya lebih berhak meminta dan menentukannya.

Sehingga pelayanan (khidmah) yang dilakukan seorang pemimpin tidaklah dilandasi karena keinginan pribadinya (untuk dipilih, bahkan untuk memanfaatkan fasilitas), akan tetapi murni dilandasi karena keinginan ummat yang merasa perlu untuk memilih/mengangkatnya sebagai pemimpin (pelayan).

Kisah-Kisah Istikhdam 

Sulthonul Ulama' menceritakan bahwa setiap kali Ibnu Umar bepergian, ia mengajak seseorang untuk dijadikannya khadim yang melayaninya dalam perjalanan.

Juga cerita-cerita yang dikutip dari beberapa ayat al-Qur'an terkait permintaan khidmah, di antaranya:

"Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, Nabi Musa berkata kepada muridnya: Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." (QS. al-Kahfi: 62)

"Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya." (QS. Yusuf: 87)

"Kemudian datanglah kepada Nabi Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata: Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)-mu memberi minum (ternak) kami." (QS. al-Qashash: 25)

"Nabi Sulaiman as. berkata (kepada para pemuka kerajaannya): Hai para pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku" (QS. an-Naml: 38)

Sepertinya akan menjadi mudah semisal kita dipercaya menjadi pemimpin, meniatkan diri untuk berkhidmah (melayani) orang-orang yang kita anggap sebagai teman/sahabat, atau orang tua (yang berhak kita hormati), seperti kisah-kisah yang diceritakan dalam al-Qur'an tadi.

Wa Allah a'lam.

Teks referensi:
Kitab Syajarah al-Ma'arif wa al-Ahwal wa Shalih al-Aqwal wa al-A'mal

فصل في استخدام الأولاد والأصحاب
قال الله تعالى: قال لفتاه آتنا غداءنا (الكهف:٦٢) وقال: يا بني اذهبوا فتحسسوا من يوسف وأخيه (يوسف:٨٧) وقال: فجاءته إحداهما تمشي على استحياء قالت إن أبي يدعوك ليجزيك أجر ما سقيت لنا (القصص:٢٥) وقال: يا أيها الملأ أيكم يأتيني بعرشها (النمل:٣٨) و

تقبل الخادم إلى الله بخدمته خير من انتفاع المخدوم بالخدمة؛ لأن الخادم باذل متفضل، والمخدوم متفضَّل عليه، ولذلك كان سيد القوم خادمهم، وكان ابن عمر إذا سافر / مع رفقة ألا ينفق غيره، ولا يخدم سواه، والاستخدام على هذا ضرب من الإحسان، لكن فيه أمر السؤال.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

1 comment

Comment Author Avatar
March 12, 2020 at 11:26 AM Delete
Alhamdulillah, terima kasih Ustadz ditunggu fasal yang lainya dari kitab kitab Syajarat al-Ma'arif.