Belajar Hidup Proporsional dengan Mengimani Qadla-Qadar Allah (Al-Hadid 22-23)

Table of Contents


Dibaca normal kurang dari 3 menit


Dua sisi kehidupan yang ada pada diri manusia, yakni rasa suka/bahagia dan duka/sengsara. Namun pada kenyataannya, kita lebih menyukai rasa suka/bahagia, dibanding merasakan duka/sengsara.

Padahal oleh Allah, keduanya merupakan keniscayaan hidup yang semestinya bakal dilalui manusia. Lalu bagaimanakah sikap kita seharusnya?

Dalam Tafsir Al-Mishbah surah al-Hadid ayat 22—23, Prof. Dr. M. Quraish Shihab menjabarkan penafsirannya tentang dua ayat di atas, bahwa ...

Tidak Ada Perkara Yang Luput Dari Ketetapan Allah

Tidak suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada diri kamu melainkan telah tercatat dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum kami menciptakannya.

Dampak ayat ini di antaranya, ketika kita melakukan suatu kesalahan atau menerima sesuatu (yang kita anggap) keburukan, maka kita hendaknya meyakinkan diri bahwa ini adalah kehendak Allah swt, bahkan sejak dahulu kala.

Bahwa dengan meyakininya, maka kita bisa berpikiran “Oh, jika ini (hal yang kita anggap buruk) adalah kehendak Allah, pastilah yang terbaik”.

Dengan begitu, kita tidak (berlebihan dalam) bersedih, karena ada jiwa husnudzzon pada diri kita kepada Allah yang Maha Bijaksana.

Selain itu, dengan menyadari bahwa semuanya adalah ketetapan Allah, maka kita juga dituntut ...

Supaya Tidak Menyombongkan Diri

Karena yang sering terjadi adalah, apabila kita menerima kebaikan dan kesuksesan, kita seakan menjadi lupa diri. Hal ini karena kita merasa memiliki kekuatan, yang menjadikan kita meremehkan orang lain di sekitar kita.

Kita lupa, bahwa pada hakikatnya, semua telah ditulis oleh Allah swt bahkan sebelum kita ada. Maka selayaknya, ketika meraih sesuatu (yang kita anggap) kebaikan, maka anggap saja ini adalah pemberian Allah, yang datang dari Allah, tidak dari kita sendiri.

Dengan begitu, kita tidak akan terlalu bergembira, bahkan cenderung merasa biasa saja.

Semoga kita bisa (belajar) hidup proporsional dengan mengimani Qadla-Qadar Allah, baik yang baik dan yang buruk, dengan merasa enjoy dan legawa serta tak jumawa terhadap semua yang ada.

Wa Allah a’lam.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment