Petunjuk Allah Bagi Yang Iman dan Menerima Takdir (Musibah) yang Menghampiri (At-Taghabun: 11)
Table of Contents
Dibaca
normal 3 menit
Musibah
adalah hal yang lumrah bagi kita makhluk ciptaan Allah. Musibah bisa jadi
adalah sebagian rencana Allah yang menghendaki makhluk atau hamba-Nya untuk
menjadi lebih baik, atau sebaliknya.
Mengenai kewenangan
Allah terhadap musibah ini, mari kita simak penjelasan Tafsir Al-Mishbah surah
at-Taghabun ayat 11 berikut.
***
Mulanya tentang
Musibah...
Sebelum surah
at-Taghabun ayat 11 turun, beberapa ulama berpendapat bahwa sebagian kaum
musyrikin mengatakan, “Kalau memang kaum muslimin berada dalam kebenaran,
tentu Allah tidak akan menjatuhkan bencana atas mereka.”
Untuk
menyingkirkan keresahan itu, ayat 11 surah at-Taghabun menyatakan bahwa:
Ayat ini
mendorong kaum muslimin untuk memahami dan mengambil sisi positif dari (sistem)
hukum-hukum alam yang dikelola Allah sedemikian rupa.
Bahwa kita dituntut untuk dapat bersikap positif terhadap hal ihwal alam ciptaan
Allah, baik yang berwujud makhluk hidup maupun benda alam yang lain.
Sehingga apabila
ada musibah datang, pada hakikatnya ia merupakan bagian dari hukum-hukum alam yang bisa/mungkin
terjadi, tentu dengan izin Allah.
Tentang
Keimanan kepada Takdir dan Penerimaan Hati
Sayyid
Quthub menulis bahwa sebagian dari ulama salaf (generasi abad I hingga III H) memahami
bahwa penggalan ayat di atas berbicara tentang keimanan kepada takdir Ilahi
serta taslim (penerimaan hati) atas musibah yang terjadi.
Ibnu ‘Abbas,
sahabat Nabi, menafsirkan lafadz ÙŠَÙ‡ْدِ Ù‚َÙ„ْبَÙ‡ُ (memberi
petunjuk hatinya) dalam arti memberi petunjuk secara mutlak, membuka hatinya
hakikat ladunniy yang tersembunyi dan mengantarnya berhubungan dengan
sumber segala sesuatu serta segala kejadian.
Di sana dia
melihat awal dan tujuannya, dan ketika itu dia akan merasa tenang, mantap, dan
bahagia. Kemudian dia akan mengetahui pengetahuain yang bersifat kulliy (menyeluruh),
sehingga ia tidak memandang secara juz’iy (parsial) yang diliputi oleh
kesalahan dan keterbatasan.
Demikian kurang
lebih Sayyid Quthub menjelaskan.
***
Hemat penulis, segala bentuk musibah atau kejadian yang menimpa kita, pada hakikatnya adalah yang terbaik menurut Dia, Yang Mengelola alam semesta.
Untuk memiliki perspektif seperti itu, kita perlu banyak latihan. Mungkin saja musibah yang datang silih berganti adalah cara Allah melatih kita untuk semakin meningkatkan dan memantapkan iman.
Iman bahwa, pada dasarnya, Tuhan Maha
Mengetahui terhadap kejadian dan segala sesuatu yang ada di alam semesta.
Wa Allah a’lam.
Post a Comment