Menaruh Hormat, Tenang dan Menerima akan Sebuah Perbedaan
Table of Contents
Yang masih menjadi pembelajaran diri adalah bagaimana supaya tetap bisa 'menghargai' perbedaan.
Perbedaan hobi, karakter, sikap, baik yg terungkap dalam tindak tanduk, tutur kata, maupun yang tertulis dalam 'dinding-dinding' media sosial.
'Menomorsatukan Allah dan menjadikan orang lain terhormat.' Dua buah prinsip yang selayaknya tak dapat dipisahkan. Yang pertama berada dalam ranah ubudiyyah (penghambaan/vertikal), yang kedua dalam ranah mu'amalah (sosial/horizontal).
Ranah ubudiyah terlihat seperti sebuah privasi, sehingga tak sembarang orang punya 'hak' mempengaruhi perihal ubudiyah orang lain. Pada titik ini, perlu sekali diasah sifat 'menghormati', menaruh 'respect', kepada orang lain yang kita pandang berbeda.
Prinsip kedua ini sepertinya lebih dibutuhkan di masyarakat, 'menghormati orang lain'. Jiwa ubudiyyah seseorang mungkin hanya menyangkut pribadi masing-masing. Namun jiwa sosial akan selalu berbaur dengan orang lain.
Saya pun sedikit banyak sadar, menghormati orang lain ternyata tak hanya berlaku dan bertutur kata sopan. Akan tetapi juga bersikap tenang, tidak benci bahkan memusuhi, terhadap orang yang berbeda visi, ide, keyakinan, hingga berbeda dalam hal kepentingan.
Tabik.
Wa Allah a'lam.
Post a Comment