Bertawakkal, Menjadikan-Nya Wakil Kita: Logika Tingkat Tinggi (An-Nisa: 81)

Table of Contents
Dibaca normal 4 menit

An-Nisa 81

“Bertawakkallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Wakil.” Sebuah penggalan dawuh Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah surah an-Nisa ayat 81.

***

Manakala kita menjadikan Allah sebagai wakil, berarti kita menyerahkan segala persoalan kita kepada-Nya.

Akan tetapi, menjadikan Allah sebagai wakil, bukan berarti kita lepas tangan begitu saja. Kita tetap dituntut untuk melakukannya sesuai dengan batas kemampuan kita.

Dengan kata lain,

Menjadikan Allah sebagai Wakil, Menjadikan Kita Bertawakkal

Bertawakkal, bukan berarti kita menyerahkan urusan kita secara mutlak kepada Allah. Akan tetapi, kita terlebih dulu harus melakukan ‘usaha manusiawi’.

Suatu ketika seorang sahabat Nabi saw datang menemui beliau di masjid tanpa terlebih dahulu menambatkan untanya.

Ketika Nabi saw menanyakan tentang untanya, dia menjawab, “Aku telah bertawakkal kepada Allah.”

Nabi meluruskan kekeliruannya tentang arti tawakkal dengan bersabda, “Tambatkan terlebih dahulu (untamu) kemudian setelah itu bertawakkallah” (HR. At-Tirmidzi).

Bertawakkal = Meyakini + Berusaha + Berserah Diri

Menjadikan Allah sebagai Wakil, berarti kita harus terlebih dahulu sadar bahwa pilihan Allah adalah pilihan yang terbaik.

Kita pun dituntut untuk berusaha, yang dalam saat yang sama kita dituntut pula untuk berserah diri kepada Allah.

Kita dituntut untuk melaksanakan kewajiban kita, kemudian menanti hasilnya sesuai kehendak dan ketetapan Allah.

Bertawakkal, Menjadikan-Nya Wakil Kita: Logika Tingkat Tinggi

Kita boleh berusaha dalam batas-batas yang dibenarkan agama disertai dengan ambisi yang meluap-luap untuk meraih sesuatu. Namun saat kita gagal, kita tidak boleh berputus asa serta melupakan anugerah Allah yang selama ini telah kita peroleh.

Kita dituntut agar menimbang dan memperhatikan segalanya sebelum melangkahkan kaki. Namun bila pertimbangannya keliru, atau perhitungannya meleset, maka saat itulah Allah tampil di hadapan kita, yang telah kita jadikan sebagai wakil.

Sehingga kita tidak larut dalam kesedihan dan keputusasaan, karena saat itu kita sungguh yakin bahwa “wakil kita” telah bertindak dengan sangat bijaksana dan menetapkan bagi kita pilihan terbaik.

Wa Allah a’lam.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment