Berharap Barakah dari (Amalan) Bulan Ramadhan

Table of Contents
Dibaca normal 5 menit

Renungan ramadhan

Bulan Ramadhan akan berakhir. Sedangkan kebanyakan dari kita biasanya merasa belum siap, karena mungkin tidak dapat memaksimalkan diri dalam beribadah di bulan Ramadhan.

Meski demikian, kita patut mengharapkan barakah Bulan Ramadhan tetap terlimpah di bulan-bulan selanjutnya.

***

Makna Barakah

Dalam kitab Tafsir Al-Mishbah surah Al-An’am ayat 92, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, kata (بركة) barakah bermakna sesuatu yang mantap, atau juga kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam serta bersinambung.

Kolam dinamai birkah, karena air yang ditampung dalam kolam itu menetap mantap di dalamnya tidak tercecer ke mana-mana.

Keberkahan Ilahi datang dari arah yang seringkali tidak diduga atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau bahkan diukur.

Dari sini segala penambahan yang tidak terukur oleh indera dinamai barakah/berkah. Demikian ar-Raghib al-Ashfahani.

‘Berkah’ Dapat Berarti ‘Kebajikan’

Adanya berkah pada sesuatu berarti adanya kebajikan yang menyertai sesuatu itu.

Misalnya berkah pada waktu. Bila ini terjadi, maka akan banyak kebajikan yang dapat terlaksana pada waktu itu, dan yang biasanya tidak dapat menampung sebanyak aktivitas baik itu.

Berkah pada makanan, adalah cukupnya makanan yang sedikit untuk mengenyangkan orang banyak yang biasanya tidak cukup untuk orang sebanyak itu.

Dari kedua contoh ini terlihat bahwa keberkahan berbeda-beda sesuai dengan fungsi sesuatu yang diberkahi itu.

Keberkahan Sesuai Fungsinya

Keberkahan pada makanan misalnya, adalah dalam fungsinya mengenyangkan, melahirkan kesehatan, menampik penyakit, mendorong aktivitas positif dan sebagainya.

Ini dapat tercapai bukan secara otomatis, tetapi karena adanya limpahan karunia Allah. Karunia yang dimaksud bukan dengan membatalkan peranan hukum-hukum sebab dan akibat yang telah ditetapkan Allah swt, tetapi dengan menganugerahkan kepada siapa yang akan diberi keberkahan kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan hukum-hukum tersebut secara efisien dan semaksimal mungkin, sehingga keberkahan yang dimaksud dapat hadir.

Dalam hal keberkahan makanan misalnya, Allah swt menganugerahkan kemampuan kepada manusia - yang akan dianugerahi keberkahan makanan - aneka sebab yang ada sehingga kondisi badannya sesuai dengan makanan yang tersedia; kondisi makanan itu pun sesuai, sehingga ia tidak kadaluarsa, tidak juga yang tadinya telah disiapkan hilang atau dicuri, dll.

Sekali lagi, keberkahan bukan berarti campur tangan Ilahi dalam bentuk membatalkan sebab-sebab yang dibutuhkan untuk lahirnya sesuatu. Demikian keterangan mufasir Thabathaba’i yang penulis (pak Quraish-red) sadur dari tafsirnya.

***

Berkah Ramadhan

Bagi penulis, berkah ramadhan (di bulan-bulan lain) bisa meliputi kebaikan yang berupa istiqomahnya aktivitas/amalan-amalan bulan Ramadhan.

Misalnya, istiqomah dalam cukupnya makan alias tidak berlebih-lebihan, shalat sunnah malam, mensedekahkan sebagian harta kepada yang membutuhkan, membaca al-Qur’an, menjaga lisan, dan berlaku baik di antara sesama insan.

Pada akhirnya, semoga berkah Ramadhan menjadikan istiqomahnya kita dalam beribadah dan berakhlak seakan-akan fadhilah Ramadhan masih ada, meskipun bulannya tak lagi bersua.

Wa Allah a’lam.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment