Berinfak Dengan Mengharap Ridha Allah, Ibarat Kebun Subur Di Dataran Tinggi (Al-Baqarah: 265)

Table of Contents
Dibaca normal 5 menit

Ayat sedekah

Pada tulisan terdahulu telah dijelaskan tentang Tafsir Perumpamaan Orang Yang Bersedekah Pada Al-Baqarah ayat 261. Pada ayat 265 juga diterangkan tentang perumpamaan orang yang bersedekah. Hanya saja keduanya mempunyai perbedaan.

Berikut suntingan Tafsir Al-Mishbah tentang perbandingan perumpamaan keduanya.

***

﴿وَمَثَلُ ٱلَّذِینَ یُنفِقُونَ أَمۡوَ ٰ⁠لَهُمُ ٱبۡتِغَاۤءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ وَتَثۡبِیتࣰا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ كَمَثَلِ جَنَّةِۭ بِرَبۡوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلࣱ فَـَٔاتَتۡ أُكُلَهَا ضِعۡفَیۡنِ فَإِن لَّمۡ یُصِبۡهَا وَابِلࣱ فَطَلࣱّۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِیرٌ﴾
[البقرة ٢٦٥]

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun/hujan gerimis (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”

Mari kita mulai dari ...

Dua Tujuan Dari Mereka Yang Menafkahkan Hartanya

Dua tujuan utama dari mereka yang terpuji dalam menafkahkan hartanya, walau yang kedua akhirnya merujuk pada tujuan pertama.

Pertama adalah (مرضات الله), yaitu keridhaan Allah. Dan yang kedua adalah (تثبيتا من أنفسهم) yakni pengukuhan atau keteguhan jiwa mereka.

Bahwa nafkah yang mereka berikan itu adalah dalam rangka mengasah dan mengasuh jiwa mereka, sehingga dapat memperoleh kelapangan dada dan pemaafan terhadap gangguan dan kesalahan orang lain, serta kesabaran dan keteguhan jiwa dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban agama.

Ini karena nafsu seseorang sering mendorong manusia ke arah penguasaan harta. Adapun orang yang berhasil menundukkannya dengan mengorbankan sebagian hartanya, maka ia tidak akan menemukan kesulitan mengarahkan dirinya menuju arah keluhuran budi dan ketaatan kepada Allah swt, karena ketika itu dia telah berhasil mengendalikan nafsu tersebut.

Perumpamaan Nafkah Mereka

Perumpamaannya seperti kebun yang lebar yang terletak di dataran tinggi. Keberadaannya di dataran tinggi menjadikan pepohonan di kebun itu dapat menerima benih yang dibawa angin. Di samping itu, kebun di dataran tinggi tidak membutuhkan, bahkan tidak terpengaruh dengan air yang berada di dataran rendah.

Dataran tinggi tempat kebun itu disiram oleh hujan yang lebat yang tercurah langsung dari langit, menimpa daun dan dahan, dan sisanya turun untuk diserap tanah, yang kemudian diserap oleh akar. Adapun air yang tidak dibutuhkan mengalir ke bawah dan ditampung oleh yang membutuhkannya.

Tidak heran jika buahnya dua kali lipat. Kalaupun bukan hujan lebat yang mengairinya, paling tidak gerimis, dan itu telah memadai untuk pertumbuhannya. Demikian keadaan kebun itu. Baik air yang diterimanya banyak atau sedikit, selalu saja ia menghasilkan buah.

Seperti inilah seorang yang bersedekah dengan tulus. Baik yang disumbangkannya sedikit maupun banyak, sedekahnya selalu berbuah dengan buah yang baik.

Al baqarah 265

Perbedaan Analogi Menafkahkan Harta Antara Al-Baqarah 261 dan 265

Pada uraian tafsir surah Al-Baqarah ayat 261 yang lalu, diterangkan bahwa pemberian nafkah dianalogikan dengan sebutir benih. Sedangkan ayat 265 ini memberi analogi menafkahkan harta dengan sebuah kebun.

Perbedaannya adalah,

Bahwa ayat 265 ini berbicara fokus tentang tujuan pemberian nafkah, yakni guna memperoleh ridha Allah yang mantap, berulang-ulang, dan berkesinambungan, dan disertai dengan tujuan pengukuhan jiwa dalam rangka mengendalikan nafsu.

Sehingga perumpamaannya pun berupa sesuatu yang mantap (kebun di dataran tinggi), yang telah memiliki akar terhunjam, berbuah banyak, dan memiliki air yang cukup.

Adapun ayat 261 hanya berbicara tentang menafkahkan harta di jalan Allah, tanpa menjelaskan tujuan yang demikian mantap (seperti yang diterangkan oleh ayat 265).

Karena itu pula, perumpamaan yang diberikannya hanya dalam bentuk benih yang tentu masih memerlukan air, pemeliharaan, dan sebagainya.

Jadi …

Kesimpulannya

Adalah ...

Pada intinya, kita perlu menata tujuan kita dalam menginfakkan sebagian harta. Apabila nafkah yang diberikan hanya bersifat temporer (yakni saat dibutuhkan saja), maka sedekah itu (hanya) diibaratkan seperti satu benih (yang masih perlu disiram, dipupuk, dipelihara).

Namun jika dalam bersedekah itu ditujukan untuk mencari keridhaan Allah dan sebagai upaya memantapkan jiwa, yang berlangsung kapan dan di mana saja, maka ia diumpamakan seperti kebun di dataran tinggi, yang entah menerima hujan lebat atau gerimis (embun), ia selalu menghasilkan buah.

***

Semoga kita dijadikan Allah sebagai hamba yang dapat istiqomah menafkahkan harta dengan tujuan mencari ridha Allah dan sebagai upaya mengendalikan nafsu.

Wa Allah a’lam.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment