Harta; Banyak-Sedikitnya Itu Relatif

Table of Contents
Harta banyak

Sebuah cerita ini ...

Berawal Dari Kehilangan

Inilah yang saya alami beberapa hari ini. Kehilangan benda yang sangat berharga, yang pada akhirnya alhamdulillah dapat ditemukan kembali.

Namun tulisan saya ini tidak berfokus pada perihal “hilangnya”  benda itu, tetapi dari sudut pandang ‘orang pada umumnya’ terhadap banyak-sedikitnya harta yang ada.

Cerita ini bermula dari ...

Angen-Angen Ucapan Teman

Saya sering mendengar beberapa ungkapan yang berkenaan dengan kejadian yang saya alami. Salah satunya adalah ketika barang yang hilang itu sudah ditemukan kembali.

“Alhamdulillah, bro. Ndak masalah uangnya hilang, yang penting surat-suratnya itu masih utuh,” kata salah seorang teman.

Kehilangan sebagian harta dalam konteks ungkapan di atas, sangat dimaklumi bahkan tidak terlalu dipermasalahkan. Padahal, uang tunai yang hilang tadi kira-kira setara dengan harga sepatu futsal yang pernah saya beli di toko klitikan Jogja lho (meski kw sih).

Saya dapat bayangkan, ketika saya dulu muter-muter cari sepatu itu di toko tertentu (yang bisa kita tawar). Saya dapat menghabiskan waktu sekian puluh menit hanya sekedar membandingkan harga dari beberapa sepatu di toko itu. Ya, biasanya, range penawarannya mungkin sekitar 5—10 liter pertamax, yang jika dibandingan dengan uang tunai yang hilang tadi, ndak ada setengahnya.

Ya, kalau dapat saya simpulan, memang harta itu...

Banyak dan Sedikitnya Itu Relatif

Kalau dalam KBBI, relatif bisa bermakna tidak mutlak, alias tidak pasti. Ketika seseorang berada di masjid dan sedang menghadapi kotak amal, satu lembar kertas berwarna biru (yang dulunya bergambarkan I Gusti Ngurah Rai) mesti terasa banyak. Namun saat ia berada di mall dan sedang menghadapi kotak mesin kasir, satu lembar kertas biru itu biasanya terasa sedikit.

Banyak itu relatif

Dan contohnya lagi.

Satu lembar uang (yang dulu) bergambarkan Kapitan Pattimura umumnya terasa sedikit. Namun itu berharga dan sangat ditunggu oleh para penjaga kendaraan di tempat parkir umum, atau pak Ogah di persimpangan-persimpangan jalan, atau saudara-saudara kita yang masih butuh uluran tangan.

Maka dari cerita dan pemikiran di atas, saya menyimpulkan bahwa, banyak itu...

Tidak Dilihat Dari 'Berapa Nominalnya"

Tapi 'seberapa bergunanya'

Banyak itu tidak dari berapa nominalnya, tapi seberapa bergunanya

Wa Allah a’lam.

Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment