Meraih Keseimbangan Hidup Dalam Menghadapi Ketidakpastian (Tafsir Al-Baqarah: 216)

Table of Contents
Bisa jadi kamu membenci sesuatu. Padahal ia baik bagi kamu, dan bisa jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagi kamu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui

'Keseimbangan hidup' atau 'hidup seimbang' merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menghadapi kenyataan yang sering dilingkupi ketidakpastian. Antara naluri (suka atau benci) dan nalar (baik atau buruk) ternyata tidak selalu berbanding lurus (dari sudut pandang manusia).

Kenyataannya, kadang yang disukai belum tentu baik, yang dibenci belum tentu buruk. Bisa jadi justru malah kebalikannya. Inilah yang dinyatakan dalam surah Al-Baqarah ayat 216.

Berikut ini kutipan uraian dari Pof. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah tentang ayat tersebut.

***

ÙˆَعَسَÙ‰ٰۤ Ø£َÙ† تَÙƒۡرَÙ‡ُوا۟ Ø´َÛŒۡÙ€ࣰٔا ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø®َÛŒۡرࣱ Ù„َّÙƒُÙ…ۡۖ
ÙˆَعَسَÙ‰ٰۤ Ø£َÙ† تُØ­ِبُّوا۟ Ø´َÛŒۡÙ€ࣰٔا ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø´َرࣱّ Ù„َّÙƒُÙ…ۡۚ
ÙˆَٱللَّÙ‡ُ ÛŒَعۡÙ„َÙ…ُ ÙˆَØ£َنتُÙ…ۡ Ù„َا تَعۡÙ„َÙ…ُونَ

Bisa jadi kamu membenci sesuatu. Padahal ia baik bagi kamu, dan bisa jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagi kamu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Kata (عسى) ‘asa yang diterjemahkan bisa jadi dan yang mengandung makna ‘ketidakpastian’, tentu saja bukan dari sisi pengetahuan Allah, karena tiada sesuatu yang tersembunyi atau tidak pasti bagi-Nya.

Ketidakpastian adalah dari sisi manusia; dalam arti bila seseorang menghadapi perintah Ilahi yang harus ia indahkan, atau ketetapan-Nya yang tidak dapat ia elakkan, sedang hal-hal tersebut tidak menyenangkannya, maka ketika itu manusia hendaknya menanamkan rasa optimisme dalam jiwanya. Ia hendaknya juga berkata bisa jadi, bahwa di balik ketetapan yang tidak berkenan di hati itu ada sesuatu yang baik.

Yang baik bisa jadi berasal dari yang tidak disukai

Demikian pula sebaliknya, seseorang yang sedang menikmati kebahagiaan hidup hendaknya pula tidak bergembira sampai pada batas lupa diri. Karena bisa jadi di balik yang disenangi itu ada mudharat.

Nah, sikap semacam ini hanya dapat diraih bila manusia mengingatkan dirinya, bahwa bisa jadi di balik yang disenangi ada sesuatu yang tidak menyenangkan, dan sebaliknya.

Kesimpulan

Ayat ini mengingatkan manusia agar berserah diri kepada Allah sekaligus mendorongnya untuk 'hidup seimbang', tidak kehilangan optimisme ketika ditimpa kesedihan, dan sekaligus tidak larut dalam kegembiraan yang menjadikannya lupa daratan.

***

Hemat penulis, kuncinya ada di baris terakhir dari ayat ini (Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui). Kembali mengingat bahwa hidup adalah anugerah (pemberian) Allah. Dia yang memberi, pastinya lebih tau yang terbaik bagi yang diberi.

Maka berprasangka baik (bahwa yang Dia beri adalah yang terbaik) adalah salah satu kunci menyeimbangkan hidup. Karena jika kita sudah percaya pada Dia yang memberi, maka kita akan merasa tenang. Dalam kesedihan pun kita tetap optimis, dalam kegembiraan juga kita tidak lupa daratan.

Hidup seimbang

Semoga kita dapat meraih keseimbangan hidup.

Wa Allah a’lam.
Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment