Menghidupkan Shalat Dhuha; Memaknai Ayat-Ayat Surah Asy-Syams dan Adh-Dhuha

Table of Contents
Renungan shalat dhuha

Menjalani shalat dhuha, kita tentu pernah mendengar bahwa surah yang dianjurkan dibaca pada dua rakaatnya adalah surah as-Syams (matahari) dan adh-Dhuha (matahari naik sepenggalan). Jika diperhatikan, kita akan menemukan beberapa ayat pada dua surah itu yang memiliki makna yang mengesankan.

Lalu Allah Mengilhaminya Kedurhakaan dan Ketakwaannya (Asy-Syams: 8)

Ada sekitar 7 ayat pertama surah asy-Syams yang berisi tentang sumpah, yakni demi matahari dan cahayanya, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang ketika menampakkannya, demi malam ketika menutupi, demi langin serta pembinaannya, demi bumi serta penghamparannya, dan demi jiwa serta penyempurnaannya.

Oleh-Nya, ayat setelah sumpah-sumpah itu kemudian menyatakan tentang hakikat tabiat manusia (tertera pada sub judul di atas). Pada tafsir al-Mishbah, Sayyid Quthub lebih jauh menulis bahwa,
Manusia adalah makhluk dwi dimensi dalam tabiatnya, potensinya dan dalam kecenderungan arahnya. Ini karena ciri penciptaannya menjadikannya memiliki potensi yang sama dalam kebajikan dan keburukan, petunjuk dan kesesatan.

Satu hal yang dapat kita mengerti, bahwa pada dasarnya kita (manusia) memiliki potensi tersebut, maka kemudian datanglah wahyu Allah melalui Islam dan tauladan Nabi saw sebagai “penunjuk arah” supaya kita berjalan sesuai dengan jalan ridho-Nya.

renungan shalat dhuha

Untuk memotivasi kita (manusia), ayat yang selanjutnya pun memberikan kabar gembira (sekaligus peringatan).

Sungguh Beruntunglah Siapa Yang Mensucikannya, Sungguh Merugilah Siapa Yang Memendamnya (Asy-Syams: 9—10)

Mengingat bahwa ada dua potensi yang dimiliki manusia, yakni kebaikan dan keburukan, maka ayat-ayat ini menegaskan konsekuensi dari sikap yang kita ambil atas dua potensi tersebut.

Menurut Prof. M. Quraish Shihab, “mensucikan” di sini bermakna mengembangkan potensi kebaikan dengan mengikuti tuntunan Allah dan Rasul seraya mengendalikan hawa nafsu. Adapun “memendam” berarti menyembunyikan kesucian jiwanya dengan mengikuti rayuan nafsu dan godaan setan.

surah asy-syams ayat 9-10

Beberapa ayat surah asy-Syams di atas terlihat seperti ingin mengajak kita (yang melaksanakan shalat dhuha), pada rakaat pertamanya, untuk menyadari adanya dwipotensi pada diri sendiri, lalu selayaknya kita menindaklanjutinya dalam bentuk kebaikan, ketakwaan, atau justru membiarkannya terpendam, membiarkan diri kita menuruti hawa nafsu yang seringkali menggoda (na’udzu billah).

Dan Sungguh Akhirat Lebih Baik Bagimu Daripada Permulaan (Adh-Dhuha: 4)

Adalah surah adh-Dhuha yang dianjurkan dibaca pada rakaat kedua, mengandung makna yang oleh para ulama, cenderung bervariatif.

Pada Tafsir Al-Mishbah diterangkan, bahwa makna “akhirat” sebagai kehidupan sesudah kehidupan duniawi apabila kata tersebut diawali kata dar (دار) atau yaum (يوم). Sedang jika tidak dirangkai dengan salah satu dari kedua lafadz itu, “akhirat” bermakna cukup luas, yakni dapat mencakup masa yang bukan sekarang, entah masih dalam kehidupan dunia maupun setelahnya.

renungan shalat dhuha

Definisi lain tentang makna akhirat pernah disampaikan oleh Prof. Yudian Wahyudi, yang kurang lebih bermakna bahwa yang akhir (hasil pekerjaan kita) lebih utama bagi kita daripada yang awal (usaha/kerja keras kita). Bagi saya, ini tak lain adalah sebagai langkah kita untuk meemotivasi diri, bahwa apa yang kita usahakan ini tak lebih baik dari hasil yang akan kita peroleh.

Lafadz khairun laka (خير لك) adalah perkataan Allah, tentunya dari sudut pandang Dia selaku Yang Maha Tau dan Bijaksana. Jadi misalnya, hasil yang kita peroleh itu terasa buruk (kurang baik), ingatlah, ini hanya sebatas sudut pandang kita. Bagi Allah, semua hasil adalah yang terbaik.


Intinya, ayat 4 dari surat adh-Dhuha ini bagi kita (yang melaksanakan shalat dhuha), dapat menjadi motivasi diri bahwa apa yang kita usahakan di waktu pagi (permulaan) itu tak lebih baik dari waktu sore nanti (akhiran/hasil). Yang akhir lebih baik dari yang awal. Hasil lebih baik dari usaha. Dan ketetapan/ketentuan Allah lebih baik dari (sekedar) rencana/pemikiran manusia.

Wa Allah a’lam.

Sumber Bacaan:
Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 15
Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment