Cerita Tentang Bapak, Anak, dan Alat Pemotong Buah
Table of Contents
Ada anak diminta bapaknya pergi mencari alat ke
toko, untuk memotong buah di rumah supaya dapat dikupas dan dinikmati
bersama-sama keluarga.
Tanya anak itu, "kenapa kita tidak beli saja rujak/lutis yang tinggal dimakan saja, pak?"
"Kadang saudaramu ada yang kurang cocok dengan buah di sana, le. Lebih baik buah yang kita kupas sendiri, sudah pas dengan selera kita semua"
Anak itu hanya mengangguk. Pergi membeli alat lalu pulang menyerahkannya ke bapaknya. Bapak lalu mengupas sedikit saja buah itu, dengan menunjukkannya pada anak tadi.
"Sekarang kamu lanjutkan ya."
Singkatnya, anak itu menuruti kata bapaknya,
Kemudian selesailah acara makan buah bersama keluarganya. Setelah itu, bapak menyimpan alat itu. Barangkali kemudian hari akan dipakai lagi.
***
Singkatnya, anak itu menuruti kata bapaknya,
Kemudian selesailah acara makan buah bersama keluarganya. Setelah itu, bapak menyimpan alat itu. Barangkali kemudian hari akan dipakai lagi.
***
Beberapa minggu berlalu, si anak sedang
bersih-bersih. Dia tak sengaja melihat alat tadi yang ada di tempat penyimpanan. Alat itu terlihat penuh debu. Logamnya seperti
tak setajam dulu. Karena sekali pakai, dan tak pernah digunakan lagi.
Hanya analogi sederhana,
Bahwa ilmu sebagai alat (pembuka hal yg bermanfaat), sekali berguna, maka selayaknya harus rutin diasah. Siapa tau, ketika ujug-ujug dibutuhkan, ia selalu siap digunakan.
Hanya analogi sederhana,
Bahwa ilmu sebagai alat (pembuka hal yg bermanfaat), sekali berguna, maka selayaknya harus rutin diasah. Siapa tau, ketika ujug-ujug dibutuhkan, ia selalu siap digunakan.
Baca juga: Semua Hal Butuh Ilmu
Wa Allah a’lam
Post a Comment