Ya Fattah, Menyelami Makna Maha Pembuka (Pemberi Keputusan) - Saba': 26

Table of Contents
Ya Fattah, Menyelami Makna Maha Pembuka (Pemberi Keputusan) - Tafsir Al Mishbah

Setiap dari kita pasti pernah menemui jalan buntu dalam berbagai jenis aktivitas kita. Kemampuan yang kita miliki terbatas, tetapi kemampuan Tuhan tidak. Dia mampu membukakan apapun yang tertutup, yang karenanya Dia memiliki sifat (الفتاح) al-Fattah, Yang Maha Pembuka atau Maha Pemberi Keputusan.

Berikut kutipan Tafsir Al-Mishbah surah Saba’ ayat 26 tentang makna sifat (الفتاح) al-fattah.

~

﴿قُلۡ یَجۡمَعُ بَیۡنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ یَفۡتَحُ بَیۡنَنَا بِٱلۡحَقِّ وَهُوَ ٱلۡفَتَّاحُ ٱلۡعَلِیمُ﴾ [سبأ: ٢٦]

Katakanlah: “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia membuka (memberi keputusan) antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pembuka (Pemberi Keputusan) lagi Maha Mengetahui. (QS. Saba’: 26)

Kata (الفتاح) al-fattah terambil dari akar kata (فتح) fataha yang pada dasarnya bermakna “antonim tertutup”, karena itu ia biasa diartikan membuka. Makna kata ini kemudian berkembang menjadi kemenangan, karena dalam kemenangan tersirat sesuatu yang diperjuangkan menghadapi sesuatu yang dihalangi dan ditutup. Kata ini juga bermakna “menetapkan hukum/putusan” karena dengan ketetapan hukum, terbuka jalan penyelesaian.

Allah swt sebagai al-Fattah adalah Dia yang membuka dari hamba-hamba-Nya segala apa yang tertutup menyangkut sebab-sebab perolehan apa yang mereka harapkan. Pintu rezeki yang tertutup bagi seseorang dibuka-Nya, sehingga ia menjadi berkecukupan atau kaya. Hati yang tertutup menerima sesuatu seperti kebenaran atau cinta, dibuka-Nya sehingga terisi kebenaran dan terjalin cinta. Pikiran yang tertutup menyangkut satu problem, dibuka-Nya sehingga terselesaikan kesulitan dan teratasi problem, perselisihan dan perbedaan pendapat diputuskan-Nya sehingga tuntas segala bengkalai, demikian seterusnya.

Imam al-Ghazali mengartikan al-Fattah sebagai Dia yang dengan inayah/pertolongan dan perhatian-Nya terbuka segala yang tertutup, serta dengan hidayah/petunjuk-Nya terungkap segala yang musykil (samar dan sulit).

Kata al-Fattah hanya ditemukan sekali dalam al-Qur’an, yakni ayat yang ditafsirkan ini demikian juga Khairul Fatihun (sebaik-baik Pemberi putusan) (QS. al-A’raf [7]: 89). Kedua ayat yang menyifati Allah dengan sifat tersebut, berbicara tentang satu persoalan yang sejak dahulu hingga kini amat sulit dipecahkan. Ia terkunci rapat untuk dibuka bahkan mustahil dapat ditemukan putusannya oleh siapapun yang bersengketa. Persoalan yang dimaksud adalah pemberi putusan kepada yang bersengketa tentang siapa yang benar dalam perbedaan agama dan keyakinan. Di atas, penulis telah kemukakan sekelumit makna ayat yang ditafsirkan ini. Kini mari kita melihat juga sekelumit tuntunan QS. al-A’raf itu.

Ayat tersebut berbicara tentang Nabi Syu’aib as dan umatnya ketika menghadapi pemuka-pemuka masyarakat yang mempertahankan keyakinan mereka. Pemuka-pemuka itu berketetapan mengusir Nabi Syu’aib, maka beliau menjelaskan sikapnya dan sikap kaumnya dengan menyatakan “Pengetahuan Tuhan kita meliputi segala sesuatu. Kepada Allah saja kami berserah diri. Wahai Tuhan kami putuskanlah perkara antara kami dan antara kaum kami secara haq (adil). Engkaulah Khair al-Fatihin/sebaik-baik Pemberi putusan.

Perhatikanlah bagaimana Nabi mulia itu menekankan betapa luasnya pengetahuan Tuhan dan perlunya berserah diri kepada Allah swt. Perhatikan juga bagaimana beliau menempatkan diri dan menempatkan kaumnya yang berbeda agama dalam posisi yang sama, bukan saja dalam tempat yang disyaratkan oleh pengulangan kata “antara tetapi lebih-lebih pada redaksi “secara haq/adil”, sehingga masing-masing beliau mohonkan kepada Tuhan perlakukan yang sesuai.

Seandainya beliau tidak menekankan keadilan, maka paling tidak beliau akan bermohon keadilan untuk kaumnya yang berbeda agama itu dan anugerah rahmat dan kelebihan bagi beliau dan umatnya. Selanjutnya perhatikan juga bagaimana beliau walau sebagai Nabi yang mendapat wahyu Allah, dan yang pasti yakin akan kebenaran agamanya lagi dapat memberi putusan walau sepihak, namun beliau tidak menjatuhkan putusan - sambil menyatakan bahwa putusan Allah adalah yang paling benar dan tepat, karena Dia adalah Sebaik-baik Pembuka segala pintu yang tertutup/sebaik-bauk Pemberi Putusan.

~

"Wahai Sang Pembuka", mestinya terucap dari lisan orang-orang yg merasa tertutupi, karena ketidakmampuannya untuk membuka, maka ia menyapa Empu dari yg tertutup, seraya memohon agar dibukakan baginya, segala bentuk kebaikan.

Demikian termasuk doa yang masyhur dipanjatkan sebelum belajar/mengaji,

يَا فَتَّاحُ يَا عَلِيمُ اِفْتَحْ لَنَا بَابَنَا بِالقُرْآنِ العَظِيمِ

"Wahai Yang Maha Pembuka, Yang Maha Mengetahui, Hamba memohon agar Engkau berkenan membukakan bagi kami pintu (hati) kami dengan lantaran Al-Qur’an yang mulia.”

Yang semoga, ketika sudah terbuka (hati, pikiran, segala kebaikan), maka akan lebih mudah kita menyadari hakikat diri dan keagungan Tuhan, mendekat dan terus mendekat menggapai ridho-Nya, dunia akhirat. Aamiiin.

Wa Allah a’lam.
Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment