Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Berdoa (Al-Baqarah: 186)

Table of Contents
Tafsir al-Mishbah Surah Al-Baqarah ayat 18

Bagi seorang hamba, doa dapat dikatakan sebagai media komunikasi antara ia dan Tuhannya. Pada surah al-Baqarah ayat 186, diceritakan jelas sekali bahwa Allah sangat dekat dengan hambanya.

Berikut kutipan dari Tafsir Al-Mishbah tentang surah al-Baqarah ayat 186.

~


﴿وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِی عَنِّی فَإِنِّی قَرِیبٌۖ أُجِیبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡیَسۡتَجِیبُوا۟ لِی وَلۡیُؤۡمِنُوا۟ بِی لَعَلَّهُمۡ یَرۡشُدُونَ﴾ [البقرة: ١٨٦]

"Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

(Makna Dzahir Ayat)

Kata عبادي ‘ibadi/hamba-hamba-Ku, adalah bentuk jamak dari kata (عبد) ‘abd. Kata ‘ibad biasa digunakan al-Qur’an untuk menunjuk kepada hamba-hamba Allah yang taat kepada-Nya atau kalaupun mereka punah dosa tetapi sadar akan dosanya serta mengharap pengampunan dan rahmat-Nya. Pemilihan bentuk kata ‘ibad serta penisbatannya kepada Allah (hamba-hamba-Ku) mengandung isyarat bahwa yang bertanya dan bermohon adalah hamba-hamba-Nya yang taat lagi menyadari kesalahannya itu.

Ulama al-Qur’an menguraikan, bahwa kata jawablah ditiadakan di sini untuk mengisyaratkan bahwa setiap orang - walau yang bergelimang dalam dosa - dapat langsung berdoa kepada-Nya tanpa perantara. Ia juga mengisyaratkan bahwa Allah begitu dekat kepada manusia, dan manusia pun dekat kepada-Nya, karena pengetahuan tentang wujud Allah melekat pada fitrah manusia, bukti-bukti wujud dan keesaan-Nya pun terbentang luas.

(Pada lafadz selanjutnya), anak kalimat “orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku”, menunjukkan bahwa bisa jadi ada seseorang yang bermohon tetapi dia belum lagi dinilai berdoa oleh-Nya. Yang dinilai-Nya berdoa antara lain adalah yang tulus menghadapkan harapan hanya kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya, bukan juga menghadapkan diri kepada-Nya bersama dengan selain-Nya. Ini dipahami dari penggunaan kata kepada-Ku.

Bila al-Qur’an menggunakan bentuk tunggal untuk menunjuk kepada Allah, maka itu berarti bahwa sesuatu yang ditunjuk itu hanya khusus dilakukan atau ditujukan kepada Allah, bukan selain-Nya. Kalaupun ada selain-Nya, maka ia dianggap tiada, karena peranannya ketika itu sangat kecil. Itu sebabnya, mengapa pemberian taubat, dan perintah beribadah kepada-Nya, selalu dilukiskan dalam bentuk tunggal.

Ini berbeda bila Yang Maha Kuasa ditunjuk dalam bentuk jamak. Ini biasanya untuk menunjukkan adanya keterlibatan selain dari Allah dalam sesuatu yang ditunjuk itu. Itu sebabnya dalam menguraikan penciptaan Adam, Allah menunjuknya dengan bentuk tunggal. Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangimu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku” (QS. Shad [38]: 75); Sedang reproduksi manusia dan lain-lain ditunjuk dengan menggunakan bentuk jamak; “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. at-Tin [95]: 4). Ini karena dalam penciptaan itu terdapat keterlibatan bapak dan ibu, berbeda dengan penciptaan Adam as.

(Adapun) firman-Nya: Hendaknya mereka memenuhi (segala perintah) Ku, mengisyaratkan bahwa yang pertama dan utama dituntut dari setiap yang berdoa adalah memenuhi segala perintah-Nya. Ini diperingatkan juga oleh Nabi saw yang menguraikan keadaan seseorang yang mengadah ke langit sambil berseru, “Tuhanku-Tuhanku! (Perkenankan doaku),tetapi makanan yang dimakannya haram, pakaian yang dikenakannya haram, maka bagaimana mungkin dikabulkan doanya?

(Hikmah Tentang Ijabah Doa)

Selanjutnya, ayat di atas memerintahkan agar percaya kepada-Nya. Ini bukan saja dalam arti mengakui keesaan-Nya, tetapi juga percaya bahwa Dia akan memilih yang terbaik untuk si pemohon. Dia tidak akan menyia-nyiakan doa itu, tetapi bisa jadi Allah memperlakukan si pemohon seperti seorang ayah kepada anaknya. Sekali memberi sesuai permintaannya, di kali lain diberi-Nya yang tidak dia mohonkan tetapi lebih baik untuknya, dan tidak jarang pula Allah menolak permintaannya namun memberi sesuatu yang lebih baik di masa mendatang. Kalau tidak di dunia, maka di akhirat kelak.

Bukankah ayah yang baik tidak memberi sesuatu yang merugikan anaknya walau sang anak mendesak? Karena itu percayalah kepada Allah dan camkanlah sabda Nabi Muhammad saw., “Berdoalah kepada Allah disertai dengan keyakinan penuh bahwa Allah akan memperkenankan.” Itu semua agar kamu selalu berada dalam kebenaran, yakni dapat mengetahui jalan yang terbaik serta bertindak tepat, baik menyangkut soal dunia maupun akhirat.

(Aspek Ilmiah dari Doa)

Doa dapat memberi dampak yang sangat besar dalam mewujudkan harapan seseorang. Dr. A. Carrel salah seorang ahli bedah Perancis (1873-1941 M) yang pernah meraih hadiah nobel dalam bidang kedokteran, menulis dalam bukunya yang bernama Pray (Doa), tentang pengalaman-pengalamannya dalam mengobati pasien. Katanya, “Banyak di antara mereka yang memperoleh kesembuhan dengan jalan berdoa.” Menurutnya, doa adalah “suatu gejala keagamaan yang paling agung bagi manusia, karena pada saat itu, jiwa manusia terbang, menuju Tuhannya”.

(Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Berdoa)

Kehidupan manusia, disukai atau tidak, mengandung penderitaan, kesedihan, dan kegagalan, di samping kegembiraan, prestasi, dan keberhasilan. Banyak kepedihan yang dapat dicegah melalui usaha yang sungguh-sungguh serta ketabahan dalam menanggulanginya. Tetapi ada juga seperti misalnya kematian yang tidak dapat dicegah oleh upaya apapun. Nah, di sinilah semakin akan terasa manfaatnya doa. Harus diingat pula bahwa kalaupun apa yang dimohonkan tidak sepenuhnya tercapai, namun dengan doa tersebut seseorang telah hidup dalam suasana optimisme, harapan, dan hal ini tidak syak lagi mempunyai dampak yang sangat baik dalam kehidupannya.

Seorang yang beriman menyadari bahwa segala sesuatu berada dalam kekuasaan Allah. Jika ia bersikap dengan tepat, pasti Allah akan membuka baginya jalan-jalan lain, meskipun jalan tersebut pada mulanya terlihat mustahil. Jalan yang kelihatan mustahil inilah yang diperoleh melalui ketabahan dan shalat (doa).

~

Sudahkah kita berdoa hari ini?

Wa Allah a’lam
Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment