Memahami 3 Sifat Sang Maha Arsitek Pada Akhiran Surat Al-Hasyr (Al-Hasyr: 24)

Table of Contents
Memahami 3 Sifat Sang Maha Arsitek Pada Akhiran Surat Al-Hasyr (Tafsir Al-Mishbah)

Membaca surah al-Hasyr, pasti kita akan menemukan banyak asmaul husna yang terdapat pada beberapa ayat terakhirnya. Nah pada ayat terakhir, yakni ayat 24, ada kesan yang menarik jika kita mau memperhatikannya lebih dalam.

Berikut tulisan bapak Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya mengenai asmaul husna al-Khaliq, al-Bari’, dan al-Mushawwir.

~

Tiga sifat Allah yang disebut bergandengan di atas (هو الله الخالق البارئ المصور) - al-Khaliq, al-Bari’, al-Mushawwir - oleh sementara orang dipahami sebagai makna sama. Memang ketiganya memiliki kesamaan tetapi tidak sepenuhnya sama. Ketiganya berkaitan dengan ciptaan, tetapi masing-masing mengandung makna tersendiri, berbeda dengan yang lain.

Al-Khaliq terambil dari kata (خلق) khalaqa yang arti dasarnya adalah mengukur atau memperhalus. Dalam konteks uraian tentang ketiga Asma’ al-Husna ini, kata khalq dipahami dalam arti mengukur sehingga dengan demikian menurut pakar bahasa az-Zajjaj kata (خلق) khalq jika dimaksudkan dengannya sifat Allah, maka dia adalah awal proses penciptaan.

Kata (البارئ) al-bari’ terambil dari akar kata (البرء) al-bar’u yang berarti memisahkan sesuatu dari sesuatu. Apabila satu ciptaan dipisahkan sebagian dari sebagian lainnya maka pelakunya dinamai (بارئ) Bari’. Karena itu tulis az-Zajjaj selanjutnya: Setiap yang diciptakan dalam bentuk tertentu, pasti didahului oleh pengukuran.

Adapun kata (المصور) al-mushawwir, ia terambil dari kata (صور) shawwara yang berarti memberi rupa, cara dan substansi bagi sesuatu, sehingga berbeda dengan selainnya.

Allah al-Khaliq karena Dia yang mengukur kadar ciptaan-Nya, Dia al-Bari’ karena Dia menciptakan dan mengadakan dari ketiadaan, dan Allah adalah al-Mushawwir karena Dia yang memberinya bentuk dan rupa, cara dan substansi bagi ciptaan-Nya.

Dengan indah dan sangat jitu Imam Ghazali menjelaskan ketiga hal di atas melalui satu ilustrasi. Hujjatul Islam itu menulis lebih kurang sebagai berikut: Seperti halnya bangunan, dia membutuhkan seorang yang mengukur apa dan seberapa banyak yang dibutuhkan dari kayu, bata, luas tanah, jumlah bangunan, serta panjang dan lebarnya. Ini dilakukan seorang insinyur yang kemudian membuat gambar dari bangunan yang dimaksud. Setelah itu diperlukan buruh-buruh bangunan yang mengerjakannya sehingga tercipta bangunan yang diukur tadi. Selanjutnya masih dibutuhkan lagi orang-orang yang memperhalus, memperindah bangunan itu, yang ditangani oleh orang lain yang bukan buruh bangunan itu. Inilah yang biasa terjadi dalam membangun satu bangunan. Allah swt dalam mencipta sesuatu, melakukan ketiganya, karena itu Dia al-Khaliq, al-Bari’, dan al-Mushawwir.

Allah swt menciptakan segala sesuatu secara sempurna dan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Ukuran yang diberikan kepada setiap makhluk adalah yang sebaik-baiknya.

~

Dengan mengenal 3 asma’ Allah di atas yang saling berkaitan, kiranya dapat menjadi modal untuk menambah rasa syukur kita, bahwa oleh-Nya kita diberi (baca: dimodali) segala kesempurnaan yang terbaik (menurut Dia), maka selayaknya kita menggunakannya sesuai petunjuk-Nya, untuk-Nya, di jalan-Nya, demi memperoleh ridha-Nya. Semoga saja. Aamiiin.

Wa Allah a’lam.
Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment