Terlena Pada (Kesementaraan) Dunia, Lupa Akan (Keutamaan) Akhirat (Al-A'la: 16-17)
Table of Contents
Surah Al-A’la ayat 16-17 yang kurang lebihnya berbunyi “Bahkan kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat lebih baik dan lebih kekal”, bagi saya, ia memiliki makna yang sangat dalam. Kita yang sehari-hari hidup di dunia, kiranya dapat belajar banyak dari ayat ini. Seperti yang saya kutip dari Tafsir Al-Mishbah berikut ini.
~
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Kata (الدنيا) ad-dunya terambil dari kata (دنى) dana yang berarti dekat atau dari kata (دنيء) dani’ yang berarti hina.
Arti pertama menggambarkan bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan yang dekat serta dini dan dialami sekarang, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang jauh dan akan datang.
Yang beranggapan bahwa kata dunya terambil dari kata yang berarti hina, ingin menggambarkan betapa hina kehidupan dunia ini, khususnya bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Manusia yang hanya memilih kenikmatan adalah mereka yang tergiur oleh kenikmatan dan keindahan yang bersifat sementara.
Dunia, bahkan alam raya seluruhnya dijadikan Allah swt sebagai ayat-ayat / tanda-tanda keesaan dan kekuasaan-Nya, dan karena Dia yang menciptakan antara lain untuk dijadikan sebagai bukti (ayat/tanda) maka tentunya Dia menjadikannya sangat indah. Allah tidak menginginkan manusia terpukau dan terpaku dalam kenikmatan keindahan itu. Dari sini dapat dimengerti mengapa ditemukan puluhan ayat yang memperingatkan tentang hakikat kehidupan duniawi dan sifatnya yang sementara agar keindahannya tidak menghambat perjalanan menuju Tuhan.
Al-Qur’an ketika menguraikan sifat kesementaraan dunia dan kedekatannya bukan bermaksud meremehkan kehidupan dunia atau menganjurkan untuk meninggalkan dan tidak memperhatikannya, tetapi mengingatkan manusia akan kesementaraan itu sehingga tidak hanya berusaha memperoleh kenikmatan dan gemerlap duniawi serta mengabaikan kehidupan yang kekal. Hal ini antara lain terbukti dengan anjuran al-Qur’an menjadikan dunia sebagai sarana memperoleh kebahagiaan di akhirat:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Tuntutlah melalui apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (di dunia ini) kebahagiaan hidup di akhirat, dan jangan lupakan bagianmu di dunia ini” (QS. Al-Qashash [28]: 77).
Dunia adalah arena kebenaran bagi yang menyadari hakikatnya, ia adalah tempat dan jalan kebahagiaan bagi yang memahaminya. Dunia adalah arena kekayaan bagi yang menggunakannya untuk mengumpulkan bekal perjalanan menuju keabadian, serta aneka pelajaran bagi yang merenung dan memperhatikan fenomena serta peristiwa-peristiwanya. Ia adalah tempat mengabdi para pecinta Allah, tempat berdoa para malaikat, tempat turunnya wahyu bagi para nabi dan tempat curahan rahmat bagi yang taat.
Adapun kata (خير) khair/lebih baik dan (أبقى) abqa/lebih kekal keduanya berbentuk superlatif. Ini memberi kesan perbandingan dengan kehidupan duniawi, surga lebih baik dan kekal dibanding dengan kenikmatan dunia. Ini berarti bahwa kenikmatan dunia pun mempunyai segi kebalikannya, namun kehidupan di akhirat kelak, jauh lebih baik dan lebih kekal.
Allah berfirman: Padahal kenikmatan hidup di dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hidup di akhirat hanyalah sedikit (baca QS. At-Taubah [9]: 38).
~
Dunia tak ada bandingannya dengan akhirat. Karena dunia adalah tempat kesementaraan, tempat persiapan, tempat mencari bekal, tempat menanam kebaikan (yang selalu kita harapkan).
Wa Allah a’lam.