Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Waktu Tidak Dapat Diharapkan untuk Kembali (Al-'Ashr: 1)


Wal Ashr (Tafsir Al-Mishbah)

“Wal-‘Ashr,” Ayat pertama dari surah yang sering kita baca (utamanya saat selesai belajar). Demi waktu atau masa, termasuk peringatan dari-Nya tentang pentingnya ia dan bagaimana seharusnya ia diisi. Berikut uraian Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya.

~

Para ulama sepakat mengartikan kata ‘ashr pada ayat pertama surah ini dengan waktu, hanya saja mereka berbeda pendapat – tentang waktu yang dimaksud. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah waktu­ atau masa di mana langkah dan gerak tertampung di dalamnya. Ada lagi yang menentukan waktu tertentu yakni waktu di mana shalat Ashar dapat dilaksanakan. 

Allah swt melalui surah ini bersumpah demi waktu untuk membantah anggapan mereka (yang sering melontarkan tentang waktu sial atau waktu  mujur). Tidak ada sesuatu yang dinamai waktu sial atau waktu mujur, semua waktu sama. Yang berpengaruh adalah kebaikan dan keburukan usaha seseorang dan inilah yang berperan dalam baik atau buruknya kesudahan satu pekerjaan. Waktu selalu bersifat netral. Waktu adalah milik Tuhan, di dalamnya Tuhan melaksanakan segala perbuatan-Nya, seperti mencipta, memberi rezeki, memuliakan dan menghinakan. Nah kalau demikian, waktu itu tidak perlu dikutuk, tidak boleh juga dinamai sial atau mujur. “Janganlah mencerca waktu, karena Allah adalah pemilik waktu.”

Dapat juga dikatakan bahwa pada surah ini Allah bersumpah demi waktu dan dengan menggunakan kata ‘ashr – bukan selainnya – untuk menyatakan bahwa: Demi waktu (masa) di mana manusia mencapai hasil setelah ia memeras tenaganya, sesungguhnya ia merugi – apapun hasil yang dicapainya itu, kecuali jika ia beriman dan beramal saleh. Kerugian tersebut mungkin tidak akan dirasakan pada waktu dini, tetapi pasti akan disadarinya pada waktu Ashar kehidupannya menjelang matahari hayatnya tenggelam. Itulah agaknya rahasia mengapa Tuhan memilih kata ‘ashr untul menunjuk kepada waktu secara umum.

Waktu adalah modal utama manusia, apabila tidak diisi dengan kegiatan yang positif, maka ia akan berlalu begitu saja. Ia akan hilang dan ketika itu jangankan keuntungan diperoleh, modal pun telah hilang. Sayyidia ‘Ali ra pernah berkata: “Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih dari itu diperoleh esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat diharapkan kembali esok.”

Wa Allah a’lam
Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Bermedia dalam Jeda

2 comments for "Waktu Tidak Dapat Diharapkan untuk Kembali (Al-'Ashr: 1)"

  1. Aku demen lho mas, sama gagasan bergaya report jenengan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nyuwun arahanipun gus. Mung seneng moco, njuk ngroso eman-eman, dadi ta simpen, syukur2 iso migunani liyan. Hiks

      Delete