Menjemput Kemudahan Melalui Kesulitan (Al-Insyirah: 5-6)

Table of Contents
Menjemput Kemudahan (Melalui Kesulitan) - Tafsir Al Mishbah

Bagi Allah, kemudahan adalah keniscayaan yang senantiasa bersanding pada kesulitan. Sunnatullah ini selayaknya selalu kita sadari dalam rangka mengarungi lika-liku kehidupan kita, yang masyhur tertuang pada surat al-Insyirah ayat 5-6. Bapak Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbahnya menjelaskan sebagai berikut.

~

Agaknya Allah swt dalam ayat 5 dan 6 ini bermaksud menjelaskan salah satu sunnah-Nya yang bersifat umum dan konsisten, yaitu, "setiap kesulitan pasti disertai atau disusul oleh kemudahan selama yang bersangkutan bertekad mengulanginya." Ini dibuktikan-Nya antara lain dengan contoh konkret pada diri Nabi Muhammad saw. Beliau datang sendiri, ditantang dan dianiaya, sampai-sampai beliau dan keluarganya diboikot oleh kaum musyrikin di Mekah, tidak boleh jual beli atau kawin mawin, tidak pula boleh berbicara dengan beliau dan keluarganya selama setahun, disusul dengan setahun lagi sampai dengan tahun ketiga. Tetapi pada akhirnya tiba juga kelapangan dan jalan keluar yang selama ini mereka dambakan.

Ayat-ayat di atas seakan-akan menyatakan: Kelapangan dada yang engkau peroleh wahai nabi Muhammad, keringanan beban yang selama ini engkau rasakan, keharuman nama yang engkau sandang, itu semua disebabkan karena sebelum ini engkau telah mengalami puncak kesulitan. Namun engkau tetap tabah dan optimis, sehingga berlakulah bagimu sunnah (ketetapan Allah) yaitu, "apabila krisis atau kesulitan telah mencapai puncaknya, maka ia akan sirna dan disusul dengan kemudahan."

Perlu dicatat bahwa banyak ulama tafsir memahami arti ma'a (مع) dalam ayat di atas yang arti harfiahnya adalah bersama dipahami oleh sementara ulama dalam arti sesudah. Pakar tafsir az-Zamakhsari menjelaskan bahwa penggunaan kata bersama walaupun makaudnya sesudah adalah untuk menggambarkan betapa dekat dan singkatnya waktu antara kehadiran kemudahan, dengan kesulitan yang sedang dialami.

Namun demikian, tidak pula keliru mereka yang memahami kata itu dalam arti awalnya yakni bersama, dan ketika itu ayat 5 dan 6 menjelaskan bahwa betapapun beratnya kesulitan yang dihadapi,  pasti dalam celah-celah kesulitan itu terdapat kemudahan-kemudahan.

Ayat ini memesankan agar manusia berusaha menemukan segi-segi positif yang dapat dimanfaatkan dari setiap kesulitan, karena bersama setiap kesulitan terdapat kemudahan. Ayat-ayat ini seakan berpesan agar setiap orang mencari peluang pada setiap tantangan dan kesulitan yang dihadapi.

~

Semestinya kita (manusia), lebih menginginkan kemudahan terus-menerus. Kita seringkali lupa bahwa ada sunnatullah, bahwa segalanya oleh Allah diciptakan berpasang-pasangan. Ada kecil ada besar, ada ringan ada berat, ada mudah ada sulit. Bukankah hasil yang dicapai setelah berusaha keras terasa lebih nikmat (?)

Karna bisa jadi, kesulitan adalah cara Allah menguji hamba-Nya, mengetahui, sampai manakah hamba percaya pada Tuhannya, bahwa "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar" (dalam menghadapi kesulitan, menyongsong kemudahan).

Wa Allah a'lam.
Achmad Syarif S
Achmad Syarif S Saya seorang santri dan sarjana pertanian. Menulis adalah cara saya bercerita sekaligus berwisata

Post a Comment